Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sebab Miras Oplosan Bisa Memicu Kebutaan Menurut Dokter Mata

Awas, kandungan metanol pada miras oplosan dapat menyerang saraf mata sehingga berisiko menyebabkan kebutaan.

5 April 2024 | 14.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi minuman keras atau miras oplosan metanol. Antara/Adeng Bustomi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter mata di RSCM Jakarta, Syntia Nusanti, mengatakan kandungan metanol pada minuman keras atau miras oplosan dapat menyerang saraf mata sehingga berisiko menyebabkan kebutaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Beberapa jenis alkohol kalau kita sering baca , orang yang meninggal karena minum miras oplosan. Itu seringkali ada juga yang menyebabkan kebutaan karena minum oplosan, bukan karena peningkatan tekanan intrakranial tapi karena efek metanol yang diminum langsung kepada saraf optik," kata Syntia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia membandingkan dampak metanol terhadap saraf mata dengan kondisi medis papiledema atau pembengkakan saraf optik mata akibat tekanan pada bagian intrakranial atau rongga kepala.

"Kalau papiledema, dia datang dengan keadaan sakit kepala hebat, mual, muntah, mungkin ada gangguan penglihatan, mungkin tidak," jelasnya.

Akibat keracunan metanol
Sementara itu, pada yang mengalami keracunan metanol akibat minum alkohol miras oplosan merasakan keluhan penglihatan yang buram hingga tidak bisa melihat sama sekali. Syntia juga memaparkan papiledema disebabkan berbagai faktor, di antaranya terdapat tumor di otak, penyumbatan cairan di otak, infeksi di bagian otak seperti meningitis, hingga tekanan darah tinggi.

"Ada juga yang kita sebut idiopatik, terjadi peningkatan tekanan intrakranial tanpa sebab khusus. Biasanya sering terjadi pada perempuan usia subur, sekitar 30-40 tahun dengan keadaan obesitas," ujarnya.

Gangguan penglihatan pengidap papiledema umumnya terjadi secara bertahap dan bersifat sementara. Gejala tersebut bisa muncul ketika melakukan aktivitas tertentu, contohnya bangun dari jongkok, batuk, dan mengejan saat buang air besar.

"Biasanya pertama mungkin kehilangan kemampuan melihat warna atau kemudian kontras, jadi terang gelap itu akan sulit dan lama-lama akan terjadi penurunan penglihatan. Kadang-kadang disertai juga dengan penglihatan ganda," tutur Syntia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus