Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melarang penjualan baju bekas impor. Menurut dia, praktik jual beli baju bekas impor merugikan pengusaha tekstil dalam negeri dan membawa penyakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu efek kesehatan penggunaan baju bekas adalah infeksi jamur kapang. Jamur ini berwarna hitam putih, terkadang bisa berwarna hitam kehijauan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip laman Universitas Muhammadiyah Surabaya, jamur kapang menyebabkan bau apek atau tanah pada pakaian. Mereka tumbuh bercabang-cabang dan membentuk serabut. Jamur kapang bisa ditemukan di permukaan pakaian, dan bisa dilihat dengan mata telanjang.
Jamur kapang dapat mengakibatkan gatal-gatal, reaksi alergi, iritasi, dan keracunan. Terutama saat pakaian bekas dikenakan sebelum dicuci dengan bersih dan benar.
Namun, perlu diketahui bahwa jamur kapang tidak akan hilang dari pakaian bekas. Meskipun sudah berkali-kali dicuci dan direndam dengan air panas.
Selain jamur kapang, pakaian bekas juga berpotensi menyimpan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Scherichia coli.
Bakteri Staphylococcus aureus yang menempel pada pakaian kotor mampu menyebar ke pakaian lain. Mereka dapat menyebabkan infeksi kulit dan meracuni makanan yang mengakibatkan penyakit.
Scherichia coli merupakan bakteri dalam keluarga E coli. Mereka tidak kasat mata dan hanya bisa dilihat menggunakan mikroskop.
Bakteri Scherichia coli dapat mengakibatkan kutil. Meski tergolong tidak berbahaya, petumbuhan kutil bisa sangat cepat dan menganggu penampilan kulit.
DELFI ANA HARAHAP
Pilihan Editor: Begini Cara Bersihkan Baju Bekas Impor dari Kuman dan Jamur