Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Stop Merokok, Kunci Mencegah Kanker Paru

Pakar menyatakan berhenti merokok adalah salah satu cara untuk menghindari kanker paru selain pola makan sehat.

27 Agustus 2021 | 10.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Kanker paru-paru. Wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kanker paru merupakan penyebab kematian akibat kanker tertinggi di dunia. Menurut Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, terdapat 1.796.144 kematian akibat kanker paru di dunia. Di Indonesia, angka kejadian kanker ini meningkat dari sebelumnya 30.023 pada 2018 menjadi 34.783 pada 2020, dengan angka kematian yang juga meningkat dari sebelumnya 26.069 pada 2018 menjadi 30.843 pada 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada laki-laki, kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian, sementara pada perempuan kanker ini menduduki peringkat keenam dengan angka kematian pada urutan keempat tertinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Spesialis penyakit dalam subspesialisasi hematologi dan onkologi medik di RSCM, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP, menyatakan peluang terkena kanker paru tak bisa lenyap namun punya arti penting. Salah satunya memberikan waktu bagi sistem kekebalan tubuh memperbaiki diri.

"Berhenti merokok untuk memberikan sistem kekebalan tubuh memperbaiki diri," kata Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) itu.

Menurut Mayo Clinic, 12 jam setelah orang berhenti merokok, jumlah karbon monoksida dalam darah turun ke tingkat yang sehat dan lebih banyak oksigen mengalir ke organ tubuh sehingga memungkinkan bisa bernapas lebih baik. Risiko terkena kanker paru pun bisa turun hingga 50 persen setelah 10 tahun berhenti merokok. Kondisi ini berbeda bila perokok tak kunjung berhenti merokok.

Kebiasaan merokok telah dikaitkan dengan peluang terkena kanker paru sebesar 20-50 kali lipat dan kematian sekitar 80 persen. Sementara pada merokok pasif, risiko mengalami kanker paru dan meninggal dunia meningkat 20-30 persen.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan hanya dengan satu tarikan napas saja, maka ratusan racun dalam asap rokok mulai merusak paru-paru. Ketika asap dihirup, struktur yang menyapu lendir dan kotoran dari saluran udara menjadi lumpuh, memungkinkan zat beracun masuk ke paru-paru dengan lebih mudah. Kondisi yang terjadi kemudian yakni penurunan fungsi paru-paru dan memunculkan sesak napas karena peradangan saluran udara dan penumpukan lendir di paru-paru.

Kerusakan serupa juga dihasilkan rokok elektrik atau vape. Menurut Aru, rokok elektrik merusak paru hingga membuatnya seperti jagung brondong. Sebelum terkena kanker paru, pasien umumnya sudah meninggal karena paru-parunya rusak. Hasil studi yang melibatkan mencit memperlihatkan sebanyak sembilan dari 40 mencit yang terpajan rokok elektrik selama 54 minggu mengembangkan adenokarsinoma paru atau sekitar 22,5 persen.

Dari sisi kandungan, rokok elektronik dan cairan vape diketahui berisi onkogen termasuk nikotin dan turunnya seperti nitrosnikotin, keton, dan nitrosamin, polisklik aromatik hidrokarbon dan logam berat.

"Tingginya angka kanker paru di Indonesia tidak lepas dari tingginya angka merokok. Kejadian kanker di usia produktif, usia 30 tahun dan naik berkali-kali lipat sesuai pertambahan usia. Diestimasi akan terus meningkat apabila kita tidak ada aksi terhadap pencegahan atau kepedulian deteksi dini," kata spesialis patologi anatomi RS Dharmais, dr. Evlina Suzanna, Sp.PA.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus