Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Tiga SMA di Sleman Ini Terapkan Pola Belajar Unik, Minim PR

Ada siswa yang menganggap sekolah seperti penjara, tiga SMAN di Sleman ini pun menerapkan pola belajar yang tidak biasa. Minim pekerjaan rumah.

14 Juli 2019 | 19.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi belajar di kelas. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah survei digelar SMA Negeri 1 Sleman, Yogyakarta, mengenai pandangan pelajar tentang sekolah. Hasilnya sungguh mengejutkan. Ada yang menganggap sekolah itu seperti penjara, kurungan, angker, dan sejenisnya. Apa sebabnya? Para pengajar menganggap itu karena pola belajar yang kurang menyenangkan bagi siswa. 

Baca juga: Kisah Tulus Belajar Percaya dari Seorang Guru

Berdasarkan hasil survei itu, SMAN 1 Sleman memutuskan menerapkan model belajar unik, yaitu Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) tahun ajaran ini. Bukan hanya SMAN 1 Sleman, model ini juga diterapkan dua sekolah lain di pinggiran Sleman, yaitu SMAN 1 Tempel dan SMA Kolombo Sleman.

Gerakan ini merupakan model pembelajaran gagasan Muhammad Nur Rizal, pengajar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM).

Kepala Sekolah SMAN 1 Sleman Fadmiati mengatakan, SMAN 1 Sleman berinisiatif mengubah model pembelajaran khususnya kelas X mulai tahun ajaran ini dengan gerakan GSM itu. "Ternyata juga diizinkan Dikpora (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga) DIY," ujar dia di sela workshop GSM dengan 70 guru dan 10 perwakilan siswa di SMAN 1 Sleman Selasa, 9 Juli 2019 lalu.

Workshop serupa pernah digelar Dinas Pendidikan Sleman pada 2018 lalu dan sudah diterapkan untuk sejumlah SD dan SMP di Sleman.

Fadmiati menuturkan program pembelajaran GSM diterapkan agar pola pembelajaran di sekolah tak konvesional lagi, tapi lebih memanusiakan siswa dan membuat mereka senang belajar di sekolah. Salah satunya, siswa diajak mengenali potensi dirinya dan didorong memiliki kemampuan memecahkan masalah sehari-hari.

"Salah satu contoh bentuk program GSM, mengurangi beban siswa dari PR (pekerjaan rumah). Di rumah seharusnya menjadi tempat siswa mengolah emosi dan interaksi mereka dengan keluarganya, bukan kembali berkutat dengan PR," ujarnya.

Penerapan program GSM ini, ujar Fadmi juga berangkat dari kekhawatiran pihaknya selaku tenaga pendidik akan kebutuhan siswa untuk mendapatkan model pembelajaran yang lebih adaptif sesuai zamannya.

Baca juga: Musim Ujian Sekolah, Intip 3 Cara Belajar yang Efektif

Ada tiga aspek dasar keterampilan manusia era digital yang dicoba dibangun melalui program GSM ini yakni pola pikir terbuka, kompetensi abad ke-21 berupa berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif dalam menemukan cara mengatasi masalah, serta karakter moral dan etos kerja.

PRIBADI WICAKSONO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mila Novita

Mila Novita

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus