Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menjamurnya co-working space saat ini menjadi sebuah tren tempat para pengusaha berkumpul bersama untuk mengembangkan apa pun pekerjaan mereka. Konsep terbuka dan transparan yang ditawarkan membuat para pekerja dapat berinteraksi dengan berbagai orang yang berlatar belakang bisnis berbeda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun bagaimana jika ternyata ada sebuah tempat hunian, katakan apartemen, yang disulap menjadi tempat kerja?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Itulah yang ditawarkan WeWork, perusahaan startup yang didirikan sepasang pengusaha asal Amerika Serikat dan Israel. Perusahaan yang berdiri pada 2010 ini awalnya menyewakan ruang kantor dan meja kerja ke industri kreatif di New York. Sejalan dengan perkembangan bisnisnya, WeWork membeli salah satu bangunan di area ikonis Fifth Avenue. WeWork kemudian, menawarkan WeLive, sebuah tempat yang berkonsep kolaborasi antara pekerjaan dan tempat tinggal yang nyaman.
Layaknya apartemen pada umumnya, Anda dapat menyewa kamar di WeLive, baik dalam jangka panjang maupun pendek. WeLive terletak di lantai 27 gedung perusahaan WeWork. Namun ada beberapa perbedaan yang menjadikan WeLive berbeda dengan tempat hunian lain.
Tidak hanya sebagai tempat untuk tinggal, para penyewa yang targetnya adalah para pekerja milenial ini juga mendapatkan suasana ruang kerja dengan disediakannya berbagai fasilitas di co-living space ini. Tiap ruangan memiliki tema dekorasi dan kegunaan berbeda. Seperti ruang bawah tanah yang diberi nama Mail Room. Area ini dijadikan sebagai klub malam, tempat para pekerja dapat berkumpul dan bersantai bersama, sekaligus menjadi ruangan tempat urusan surat-menyurat perusahaan WeWork.
Fasilitas lain, seperti dapur, disediakan dalam desain yang kecil, tapi tetap fungsional. Kemudian tempat mencuci juga digandakan menjadi tempat bermain, yang di dalamnya tersedia beberapa mesin dan meja permainan. Tempat ini membuat Anda dapat berinteraksi sekaligus menghabiskan waktu bersama dengan siapa pun.
Tidak ketinggalan ruangan terbuka di rooftop bangunan, yang menyediakan kolam renang dan kolam pemandian air panas. Dekorasi ruangan menonjolkan sisi seni dengan banyak karya-karya pop art di sepanjang lorong ruangan.
Seperti dilansir Bloomberg, salah seorang penghuni WeLive, August Urbish, mengungkapkan kenyamanannya tinggal di WeLive. Ia sudah menetap selama satu setengah tahun dan merasakan berbagai manfaat yang diterimanya. Urbish sendiri telah berhenti dari pekerjaannya di galeri seni Manhattan untuk mengembangkan aplikasi berbagi, seperti Twitter, untuk saling berbagi lelucon.
“New York sangat ramai, tapi saya seperti terperangkap dalam gelembung kecil yang menjadikan saya untuk menjauh dari semua orang,” katanya kepada Bloomberg. “Saya tidak berpikir bahwa saya membutuhkan lebih banyak teman. Tapi sekarang saya memiliki begitu banyak teman. Saya sedikit kecewa karena saya hidup begitu lama tanpa mereka.”
Salah satu kelemahan WeLive tampaknya adalah orang-orang yang memperlakukan bangunan itu terlalu seperti rumah, seperti dikutip dari Business Insider.
Terbukti dengan area bak mandi air panas yang penuh dengan botol-botol kaca kosong berserakan. Bahkan bagian atas bak mandi dibiarkan terbuka. Untuk area bar di lantai bawah, kaleng-kaleng bir kosong juga berserakan di atas meja.
BLOOMBERG | BUSINESSINSIDER