Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

4 Daya Tarik Wisata Sukolilo di Pati, Ada Gua Wareh dan Omah Kendeng

Berada di kawasan perbukitan di wilayah Pegunungan Kendeng, Kecamatan Sukolilo memiliki sejumlah wisata alam dan budaya.

18 Juni 2024 | 15.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gua wareh Salah satu objek wisata alam di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kecamatan Sukolilo di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menjadi pembicaraan di media sosial beberapa pekan ini setelah kasus pengeroyokan bos rental mobil. Tapi di luar kasus tersebut, kecamatan yang memiliki 16 desa itu memiliki beberapa objek wisata alam dan budaya yang menarik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berada di kawasan perbukitan di wilayah Pegunungan Kendeng, kecamatan ini memiliki sejumlah wisata alam seperti Gua Wareh di Desa Kedumulyo, air terjun tadah hujan di Desa Sukolilo, serta rawa teratai di Desa Kasiyan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut empat daya tarik wisata di Sukolilo Pati. 

1. Gua Wareh 

Dilansir dari laman resmi pemerintah Kabupaten Pati, Gua Wareh mempunyai lorong ke kiri sepanjang 100 meter. Ini merupakan salah satu objek wisata alam yang dikelola Pemerintah Kabupaten Pati.

Sejak lama objek wisata tersebut ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Dian, salah satu warga dari Pucakwangi, Pati, mengunjungi objek wisata Gua Wareh tanpa mempedulikan adanya kasus hukum di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo.

Panorama alam di Gua Wareh tidak akan ditemukan di daerah lain, karena kawasan gua ini memiliki lorong yang di dalamnya terdapat sungai sepanjang 50-an meter serta terdapat gambar pewayangan semar. Pengunjung bisa menikmati kesejukan airnya untuk mandi atau sekadar mencuci muka.

2. Kolam Renang 

Desa Sukolilo juga akan memiliki wisata kolam renang memanfaatkan kolam air yang sebelumnya dijadikan tempat penampungan air bersih oleh perusahaan daerah air minum (PDAM) untuk suplai air ke rumah-rumah warga yang kesulitan air bersih.

Camat Sukolilo Andri Sulaksono menceritakan bahwa objek wisata air yang baru tersebut, rencananya dikelola oleh pemerintah desa setempat, melalui badan usaha milik desa (BUMDes). Harapannya, pengelolaan wisata air tersebut bisa meniru keberhasilan Desa Ponggok di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang berhasil mengelola objek wisata air, sehingga menjadikan pendapatan asli desa setempat cukup besar dan bisa meningkatkan kesejahteraan warga di sekitarnya.

3. Omah Kendeng

Bagi penggemar wisata budaya, Kecamatan Sukolilo juga menyimpan potensi yang selama ini cukup dikenal masyarakat dari berbagai daerah lain, di antaranya Omah Kendeng. Ini merupakan rumah tradisional warga Sedulur Sikep atau dikenal dengan sebutan komunitas Samin. Komunitas ini merupakan sebutan dari nama seorang tokoh, yakni Samin Surosentiko

Di rumah ini terdapat aneka gamelan yang biasa dimainkan, sehingga bisa menjadi daya tarik wisata budaya lokal. Ketika ada kunjungan wisatawan, warga Sedulur Sikep bisa menyambutnya dengan memainkan musik gamelan tersebut dengan menyanyikan aneka tembang-tembang jawa khas komunitas itu.

Samin Surosentiko merupakan seorang tokoh keturunan keraton, kemudian keluar dari lingkungan keluarganya, berbaur dengan masyarakat biasa untuk mengadakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Bentuk perlawanannya dengan cara membangkang tidak membayar pajak, menolak membenahi jalan, dan menolak ikut ronda atau kebijakan apapun ditentang leluhur beserta pengikutnya. Setelah diasingkan ke Digul lalu ke Sawah Lunto (Sumatera Barat), Samin Surosentiko memberikan petuah nantinya ketika Indonesia merdeka harus mau membayar pajak dan kebijakan pemerintah lainnya.

4. Tradisi Meron

Potensi wisata budaya lainnya, yakni tradisi meron yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kemendikbud Ristek pada 2016. Tradisi ini digelar untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW setiap 13 Rabiul Awal. Berdasarkan catatan sejarah, meron pertama kali dilakukan oleh abdi dalem Kesultanan Mataram di Pati pada abad ke-17.

Setiap tahun, penonton dari berbagai daerah memadati kanan kiri jalan yang dilalui rombongan kirab gunungan meron. Kirab ini mengusung makanan yang terbuat dari beras ketan, seperti once dan, ampyang yang disusun menjadi tiga tingkatan.

Kasus pengeroyokan mencoreng nama Sukolilo, tapi objek wisata di tempat ini tetap dikunjungi wisatawan terutama di akhir pekan. 

ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus