Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Alasan Pramugari Duduk Menyelipkan Tangan di Kursi saat Pesawat akan Lepas Landas dan Mendarat

Saat duduk di atas tangan, pramugari diam-diam melakukan review prosedur darurat, sehingga mereka siap untuk bertindak jika terjadi sesuatu.

14 Januari 2025 | 07.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pramugari memeragakan demo keselamatan penerbangan. Freepik.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lepas landas, pendaratan, dan turbulensi menjadi momen paling kritis dalam penerbangan. Dalam kondisi ini, semua orang di dalam pesawat, baik pramugari maupun penumpang, diminta duduk dengan memasang sabuk pengaman. Namun, posisi duduk pramugari sedikit berbeda. Saat mendarat, pramugari duduk di kursi lompat, memakai sabuk pengaman, dan sering kali duduk dengan menyelipkan tangan di kursi lalu duduk di atasnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Posisi tangan ini bukan untuk menahan dinginnya udara kabin. Seorang pramugari yang juga konten kreator Court Acree @Court Too Fly mengungkapkan alasan mereka melakukan itu. Menurut dia, dengan duduk di atas tangan, awak pesawat memulai posisi brace atau penyangga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini membantu mereka bersiap menghadapi potensi turbulensi atau keadaan darurat dan tetap fokus untuk menjaga keselamatan semua orang. Ini semua tentang memastikan mereka siap membantu penumpang dan menghindari gerakan yang tidak perlu selama bagian-bagian penting penerbangan ini," kata dia, seperti dilansir dari The Sun

Posisi Tergantung pada Situasi

Namun, tidak semua posisi penyangga mengharuskan awak pesawat untuk duduk dengan tangan mereka. Court mengungkapkan posisi penyangga sebenarnya bergantung pada lokasi pangkalan maskapai, jenis pesawatnya, dan jenis kursi lompat yang ada.

Duduk tegak, punggung menempel pada bagian belakang kursi lompat, dengan kaki rata di lantai juga menjadi posisi brace yang sangat standar.

"Posisi kepala yang berbeda, seperti dagu ke bawah saat menghadap ke depan pesawat dan dagu ke atas saat menghadap ke belakang pesawat, melindungi kepala dan leher selama deselerasi atau turbulensi tiba-tiba, mengurangi risiko cedera," ujar dia. 

Hilary Clark, direktur layanan dalam pesawat di perusahaan jet pribadi Planet 9, mengatakan bahwa itu posisi aman. "Alasan untuk posisi aman ini adalah jika terjadi keadaan darurat saat lepas landas atau mendarat, kepala, tangan, dan lengan mereka sudah dalam posisi sedikit tertekuk," kata dia kepada Travel and Leisure. 

Tugas utama pramugari adalah menjaga keselamatan penumpang, jadi mereka harus selalu siap menghadapi keadaan darurat. Lepas landas dan mendarat adalah fase penerbangan dengan tingkat kecelakaan tertinggi, jadi pramugari secara otomatis mengambil posisi kaku yang mempersiapkan mereka untuk bertindak secara efisien dan segera jika terjadi keadaan darurat.

Di saat yang sama, mereka diam-diam melakukan review prosedur darurat, sehingga mereka siap untuk bertindak jika terjadi sesuatu. "Tinjauan diam-diam (atau tinjauan selama 30 detik) direkomendasikan bagi awak kabin untuk mengingat kembali aspek-aspek utama dari prosedur evakuasi darurat saat mereka duduk di tempat mereka setiap akan lepas landas dan mendarat, dan mengurangi risiko gangguan. Tinjauan diam-diam ini akan membantu awak kabin untuk fokus dan bersiap jika evakuasi darurat diperlukan. Teknik ini juga akan membantu meminimalkan efek kaget," kata dia. 

Posisi Penumpang

Namun, posisi tersebut tidak perlu dilakukan penumpang. "(Penumpang) tidak perlu duduk dengan tangan mereka," kata dia. 

Sebaliknya, penumpang harus bersiap dengan mengikat sabuk pengaman dengan kencang di pinggul, sambil mengikuti instruksi dari kru. Penumpang harus juga tetap duduk dan jika terjadi hal yang lebih buruk, dan kenakan headphone peredam bising untuk meredakan kecemasan saat pesawat terbang.

Cara Mengurangi Kecemasan 

Kecemasan bisa jadi pengalaman dalam penerbangan. Jika kecemasan itu mengganggu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh penumpang, misalnya dengan mendengarkan musik. Sebuah studi baru mengungkapkan jenis musik yang harus dan tidak boleh didengarkan dalam situasi ini. 

Musik cepat dengan lebih banyak ketukan per menit, dapat membuat penumpang merasa waspada dan energik, menurut perusahaan perjalanan Netfights. Sementara, musik lambat dengan BPM yang lebih sedikit membangkitkan perasaan tenang. Faktanya, mendengarkan musik dengan ketukan per menit yang lebih sedikit menurunkan detak jantung dan pernapasan, tekanan darah, dan mengurangi ketegangan pada otot-otot.

THE SUN | TRAVEL AND LEISURE

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus