Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Bagi wisatawan yang kerap wira-wiri ke Kota Yogyakarta, mungkin sudah tak asing dengan nama Jalan C. Simanjuntak yang berada di Kecamatan Terban, atau sisi utara Kota Yogyakarta. Jalan satu arah ke selatan yang dekat kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu, saat masa tertentu, seperti akhir pekan, libur panjang, atau Ramadan, sering dipadati pengunjung. Kepadatan di kawasan itu tak lain karena tingginya aktivitas berbelanja, khususnya busana-busana muslim modern.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah brand fashion dari yang sudah belasan tahun hingga yang terhitung baru, terus berdatangan menjejali kawasan jalan yang tembusannya Jalan Jenderal Sudirman Kota Yogyakarta itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bisa dikatakan, jika kawasan Malioboro punya Pasar Beringharjo untuk belanja batik, maka kawasan utara Kota Yogyakarta ini punya Jalan C. Simanjuntak ini untuk jujugan belanja fashion modern.
"Yogyakarta saat ini menjadi salah satu kota di Indonesia yang tercatat memiliki banyak sekali peminat di bidang fashion," kata Lira Krisnalisa, seorang pegiat industri fashion yang memiliki outlet di Jalan C Simanjuntak Yogyakarta pada Sabtu, 3 Februari 2024.
Lira menuturkan, makin tingginya peminat fashion di Yogyakarta diakui menjadi ceruk pasar yang menjanjikan pegiat industri fashion di Tanah Air untuk memperluas pasarnya ke Kota Pelajar ini.
Terlebih, Yogya menyandang sebagai kota wisata populer. Wisatawan datang nyaris tanpa henti, silih berganti berdatangan ke kota itu dengan salah satu aktivitasnya yakni belanja.
Situasi ramai wisata ini membuat pegiat industri fashion tak lagi sekedar mengandalkan mahasiswa yang ribuan jumlahnya di Kota Gudeg sebagai pasar utama. Namun mereka juga menargetkan wisatawan dari berbagai daerah yang melancong ke Yogya dan memiliki minat berburu tren fashion.
"Apalagi di era media sosial dan bermunculannya platform e-commerce seperti saat ini, mendorong orang akhirnya melek belajar berbagai gaya berbusana, artinya pasar selalu ada," kata Lira yang juga pendiri brand fashion Jenna&Kaia itu.
"Makin banyak inovasi fashion lahir berkat informasi terbuka yang sangat bebas, mau tak mau membuat pegiat fashion juga berlomba memiliki ciri dan membentuk pasarnya sendiri," imbuh perempuan yang outletnya telah tersebar di berbagai kota Indonesia itu.
Soal pegiat fashion yang musti memiliki karya dengan ciri khas itu, Lira mencontohkan salah satu produknya yang diminati pasar bernama Megan Top.
Tidak hanya di Yogyakarta, produk itu banjir pesanan dari berbagai kota. Dengan mengandalkan bahan polycotton yang lembut, desain fungsional serta dihiasi manik buatan tangan alias handmade beading unik.
Fashion tak lekang waktu
Lira menuturkan, industri fashion di manapun, menjadi usaha tak lekang waktu karena telah dijadikan sebagai kebutuhan penting yang melekat manusia.
"Gaya berbusana dinilai menggambarkan kepribadian, mencerminkan minat, juga dianggap representasi kelas ekonomi," ujar pegiat fashion yang berfokus produksi hijab, scarf, atasan, bawahan dan dresses busana muslim itu.
Dengan luasnya pasar fashion itu, Lira memilih fokus pada produk serbaguna dan mudah untuk dipakai tak terikat suasana formal ataupun non formal.
"Prinsipnya konsumen tetap mudah memadupadankan dan menciptakan kreasi busananya namun tetap nyaman dan percaya diri," urainya.
Ekonomi kreatif berbasis pariwisata
Adapun Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya menuturkan sejak 2023, fokus pengembangan Kota Yogyakarta menitikberatkan pada sektor ekonomi kreatif berbasis pariwisata.
"Salah satu caranya lewat penataan ruang ruang dan lingkungan sebagai pendukung industri kreatif itu," kata dia.
Di Jalan C Simanjuntak Kota Yogyakarta itu, seiring bertumbuhnya titik-titik fashion modern, Pemkot Yogyakarta juga telah membangun ruang pengembangan industri kreatif bernama Pusat Desain Industri Nasional (PDIN)
"PDIN ini menjadi semacam laboratorium riset, ruang ekspose, sekaligus pusat desain industri, pengembangan ekosistem desain industri, UKM, dan koperasi," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO
Pilihan Editor: Prancis Lanjutkan Kerja Sama Wisata dan Budaya dengan Yogyakarta