Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Bulan denpasar manggung di jakarta

Lagu itu cukup komunikatif, iramanya sesuai dengan selera kita, dan memang aslinya denpasar moon berirama dangdut. maka segera saja populer, di samping karena promosi yang gencar.

22 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MARIBETH dan Denpasar Moon tiga bulan terakhir terasa menjadi senandung di bibir banyak orang Indonesia. Nama dan lagu itu bukan hanya menyengat kalangan menengah atas, juga menghinggapi kalangan bawah, mulai tukang koran hingga pembantu rumah tangga. "Fenomena ini membuat saya syok," kata Maribeth, di balik panggung selama latihan untuk pertunjukan di Jakarta, Jumat pekan lalu. Dengan rendah hati penyanyi Filipina ini mengakui bahwa sebelumnya ia tak dikenal secara luas di Filipina, apalagi di luar Filipina. Meskipun begitu, "Sejak kecil hingga dewasa, saya selalu menjadi juara satu atau kedua dalam menyanyi," kata anak bungsu dari tujuh bersaudara ini. Maribeth, yang tak bersedia menyanyi dalam kampanye pemilu di negerinya beberapa lama lalu, "karena saya tak menyukai satu pun dari tujuh kandidat itu," mengaku kompetisi Voice of Asia adalah kompetisi internasionalnya yang pertama. Ia harus bersaing dengan sejumlah penyanyi profesional senegaranya dahulu, yang masing-masing sudah punya album, sebelum bisa berangkat ke Hong Kong, tempat kompetisi diselenggarakan. Padahal, Maribeth cuma penyanyi amatir, seorang mahasiswa yang tengah menyelesaikan skripsinya di jurusan komunikasi massa di Far Eastern University, Manila. Tapi dewan juri ternyata memilih penggemar James Brown dan Michael Jackson ini. Dan ia pun datang di Hong Kong, menyanyi, dan menang. Kemenangannya menyebabkan ia ditawari rekaman sekaligus membintangi iklan kompo merek Sony. Rekaman itulah yang berjudul Denpasar Moon. Dan Denpasar Moon laku keras dalam tiga bulan terjual 300.000 kaset. "Untuk ukuran artis asing, ini angka yang fantastis," kata Wendy Aji Sutantio, agen Sony Music di Indonesia. Bayangkan, dalam bulan penjualan tertinggi, kaset Maribeth terjual lebih dari 180.000, sedangkan kaset Dangerous Michael Jackson hanya sekitar 130.000 buah. Menurut Wendy, yang mampu menyaingi penjualan kaset Maribeth di Indonesia hanyalah kaset dangdut. Tapi apa istimewanya Bulan Denpasar? "Lagu itu komunikatif bagi orang kita, karena melodinya dominan, dan itu melodi etnik Indonesia," kata Harry Roesli kepada Ida Farida dari TEMPO. "Ditambah, videoklipnya cukup bagus, menarik, dan penyanyinya cantik, promosinya hebat." Sebenarnya, Denpasar Moon aslinya berirama dangdut, tutur Habas Sabah Mustapha, warga negara Inggris keturunan Libanon, sang pencipta. Mustapha memang terkesan dengan irama dangdut dan musik Bali. Tapi ia tak keberatan dengan interpretasi Maribeth dan aransemen Kitaroh Nakamura yang mencampurkannya dengan irama rege dan mempercepat beat-nya. Mungkin memanfaatkan demam Bulan Denpasar ini, kini muncul lagu itu dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Tak jelas apakah yang Indonesia dan Sunda lebih intens, mengingat ketika pertama kali membuat rekaman Denpasar Moon di Tokyo, Maribeth belum mengenal apa itu "denpasar." Ketika itu, "Saya hanya mendapatkan keterangan dari produser." Baru setelah membuat videoklip di beberapa tempat di Bali, ia tahu dan merasakan Denpasar tak jelas waktu itu ada bulan atau tidak. Dan menurut Maribeth, Denpasar itu indah, "terutama pura-puranya dan pantainya." Tapi entah kenapa konser Maribeth pertama di Jakarta pekan lalu tidak full house. Gedung yang berkapasitas 485 kursi hanya terisi tiga perempatnya. Mungkin karena ini konser dadakan. Sampai-sampai Maribeth lupa mengurusi visa izin pementasan, hingga ia begitu tiba di Bandara Sukarno-Hatta langsung terbang lagi ke Singapura untuk mengurus visa itu. Toh akhirnya Maribeth tampil prima. Mengenakan kaus hitam tanpa lengan yang menyatu dengan celana hitam yang ketat dan rompi putih menerawang, Maribeth bergoyang, berlenggang sembari mengajak penonton ikut bernyanyi. Diiringi The Lost Boys Band pimpinan Harry Anggoman, ia langsung saja mengumandangkan beberapa nomor dari albumnya seperti Alone Against the World, Everything You Are, dan The Love I Know, yang semuanya karya Mark Fisher. Tentu, ia juga menyanyikan lagu Barat yang sedang populer, seperti I Will Always Love You karya Dolly Parton. Harus diakui, Maribeth tahu bagaimana menyanyi dengan benar, dan suaranya bisa mencapai oktaf yang sangat tinggi. Dan tanpa penari latar satu pun, ia mampu menguasai panggung, dan sesekali berdialog dengan penonton. Meski penonton Indonesia sukar diajak berjingkrak dan sangat mahal dengan tepuk tangan, Maribeth menguasai kesunyian dengan gaya yang wajar dan tidak dibuat-buat. Dan, matanya sempat berkaca-kaca ketika penonton menyanyikan Happy Birthday untuknya, karena hari itu adalah ulang tahunnya yang ke-22. Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu pun memenuhi gedung pertunjukan: Denpasar Moon sebagai klimaks. Panggung gelap, layar diturunkan dan dinaikkan kembali ketika empat penari Bali dari kelompok Saraswati pimpinan Kompyang Raka berlenggak- lenggok. Maribeth muncul di tengah penonton. Diiringi koor lagu Denpasar Moon, Maribeth menyanyi sambil menyalami penonton. Jika nanti Maribeth membuat perjalanan internasional, tampaknya ini memang zaman globalisasi: Denpasar dan Bali dan irama dangdut menembus dunia melalui tangan orang Inggris- Libanon dibawakan oleh suara wanita Filipina.Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum