Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Madonna, kejujuran dan ketelanjangan

Sutradara: alek keshishian produksi: propaganda film resensi oleh: leila s chudori

22 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MADONNA adalah ketelanjangan. Itulah In Bed with Madonna, film dokumenter tentang diri dan pertunjukan penyanyi pop yang kontroversial, yang suka melemparkan celana dalamnya pada penontonnya. Film sepanjang dua jam ini tak hanya menyajikan Madonna yang cuma berkutang dan berkorset melonjak-lonjak berteriak nyaring di Paris, London, New York, dan kota besar lainnya, tapi juga merekam Madonna yang kepanasan dan membuka baju seenaknya, yang mengganyang bakmi Italia langsung dari panci sambil menelepon bapaknya, membujuknya menonton pertunjukannya. Anak wanita tertua dari delapan bersaudara, Madonna Louise Ciccone dibesarkan dalam suasana imigran keturunan Italia, dalam keluarga Katolik yang saleh. Ibunya meninggal ketika ia masih duduk di sekolah dasar, dan, sejak itu, "Saya harus mengurus adik-adik, dan mendadak saya memikul tanggung jawab orang dewasa." Kehidupan masa kecilnya ini sama sekali tak terungkap dalam film tersebut. Tapi sikap Madonna terhadap ketujuh penari latar (yang semuanya laki-laki) dan kedua penyanyi latar yang penuh bimbingan hampir seperti seorang kakak yang melindungi adiknya. Satu dari tujuh penarinya merasa sangat dikucilkan oleh kawan- kawannya hanya karena ia satu-satunya yang bukan homoseks. Pada saat itulah Madonna tampil seperti seorang kakak yang menegur adiknya yang mengganggu adik lainnya. Perbincangan Madonna di tempat tidur dengan para penyanyinya tentang cita-citanya, tentang Sean Penn (bekas suaminya) yang masih sangat dicintainya, dan tentang kerinduannya berkeluarga adalah sisi Madonna sebagai wanita biasa. Tampaknya Madonna memang ingin dilihat sebagai wanita dan artis kontroversial. Ia menyuguhkan Like a Virgin di panggung yang dilengkapi dengan tempat tidur berwarna merah, dan ia bermasturbasi di atasnya. Seksualitas dan identitas kewanitaannya adalah satu hal yang selalu digalinya. Kepada para pengritiknya ia menjawab, "Mereka tak bisa menangkap humor di dalam diri saya atau tindakan saya." Untuknya seks, tindakan seks, dan tubuh wanita dan pria adalah "bagian dari alam" yang tak perlu disembunyikan. Ketelanjangan adalah cermin kejujuran, nilai yang sangat dijunjungnya. Apa boleh buat bila kejujuran membuat risi sebagian orang. LEILA S. CHUDORI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus