Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Malang - Kemunculan embun beku atau frost di pagi hari kembali terulang di Gunung Bromo dan Gunung Semeru pada musim kemarau tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Embun beku merupakan endapan berupa es berbentuk butiran yang mengandung air. Embun beku yang biasa juga disebut embun upas muncul akibat cuaca sangat dingin yang bahkan bisa mencapai angka nol derajat Celsius.
"Kemunculan frost merupakan fenomena alam tahunan yang berulang setiap musim kemarau," kata Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Hubungan Masyarakat Balai Besar TNBTS, Syarif Hidayat, Sabtu, 22 Juni 2019.
Menurut Syarif, embun beku diketahui muncul di Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, dan beberapa titik di jalur pendakian ke Gunung Semeru; Lutan Pasir Gunung Bromo dan kawasan permukiman Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, serta Gunung Penanjakan di Kabupaten Pasuruan. Wisatawan biasa menanti terbitnya matahari sekaligus menikmati lanskap Gunung Bromo dan Gunung Semeru dari Penanjakan ini.
Embun baku pertama kali muncul di Ranupani pada Minggu, 16 Juni 2019. Suhu saat itu antara 2 hingga 8 derajat Celsius. Kehadiran embun beku di Cemoro Lawang dan Lautan Pasir Bromo diketahui pada Senin, 17 Juni 2019. Suhunya antara 10 hingga 12 derajat Celsius di siang hari.
Adapun embun beku di Penanjakan muncul pada Selasa, 18 Juni 2019, dengan suhu antara 5 hingga 10 derajat Celsius. Bahkan, di malam hari, suhu di Penanjakan bisa berhawa nol derajat Celsius.
Syarif Hidayat menambahkan, wisatawan yang mengunjungi Gunung Bromo dan Gunung Semeru cukup banyak. Sejauh ini belum ada laporan dampak embun beku terhadap wisatawan. Sebagai antisipasi, wisatawan diingatkan untuk memastikan kondisi fisiknya prima, tetap memakai baju hangat, jaket, sarung tangan, topi atau kerpus, makanan dan minuman, serta obat-obatan.