Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, memperingatkan gelombang laut yang tinggi di sepanjang pantai Gunungkidul. Selama dua hari terakhir, gelombang tinggi pantai selatan itu mulai mengganas dan menerjang ratusan bangunan yang ada di pesisir Kabupaten Gunungkidul itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Walaupun tidak ada kegiatan wisata di sepanjang pantai di masa pandemi Covid-19 ini, masyarakat dihimbau tetap berhati-hati jika berada di kawasan pantai Gunungkidul," kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki Jumat 29 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, kerusakan akibat gelombang tinggi itu terjadi hampir merata pada bangunan yang terletak di dekat pantai wilayah Gunungkidul. Sejumlah bangunan penduduk dan pelaku usaha di pantai selatan Gunungkidul dilaporkan rusak dan sebagian hanyut terseret gelombang dengan ketinggian 2 sampai 5 meter.
BPBD Kabupaten Gunungkidul mencatat lebih dari sepuluh kawasan pantai diterjang gelombang tinggi, di antaranya Pantai Sundak, Pantai Somandeng, Pantai Sepanjang, Pantai Watu Lawang, Indrayanti, dan Pantai Ngandong.
Keindahan mentari saat terbit bisa dinikmati di Pantai Pok Tunggal, Gunungkidul, DIY. (Tempo/Francisca Christy Rosana)
Dari data yang dihimpun tim Search and Rescue (SAR) awalnya pada Selasa 26 Mei 2020, gelombang tinggi menerjang dan merusak bangunan di Pantai Sundak dan Somandeng di Kecamatan Tepus, serta Pantai Sepanjang di Kecamatan Tanjungsari.
Di tiga pantai itu, sedikitnya 12 gasebo, sebuah warung makan dan dua kamar mandi rusak. Esok harinya, 27 Mei 2020, ratusan bangunan yang tersebar di sepuluh pantai lain juga diterjang gelombang dan sebagian hanyut ke laut. Seperti di Pantai Watu Lawang Kecamatan Tepus, ada tiga unit gasebo yang hanyut ke laut. Kemudian di Pantai Ngandong Kecamatan Tepus terdapat delapan unit gasebo rusak berat, tiga lapak snorkling rusak ringan, dan sebuah rumah makan rusak ringan.
Pada 27 Mei 2020, kerusakan terparah terjadi di Pantai Somandeng Kecamatan Tepus. Terdapat 50 unit gasebo, dua rumah makan dan sembilan kamar mandi rusak. Sebuah talud pembatas kawasan pantai juga ikut jebol diterjang gelombang tinggi. Intensitas gelombang laut mulai menurun pada Kamis 28 Mei 2020. Meksi begitu, tetap merusak bangunan di tiga pantai, yakni Watu Lawang, Indrayanti, dan Ngandong di Kecamatan Tepus. Di Pantai Watu Lawang sedikitnya tiga unit gasebo hanyut ke laut, 10 gasebo rusak berat, dan dua warung makan rusak.
Pantai Krakal, objek wisata di desa Ngestirejo, kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta, 7 Agustus 2014. TEMPO/Rully Kesuma
Kepala Stasiun Klimatologi Mlati, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Reni Kraningtyas memprediksi gelombang laut tinggi di pesisir selatan Yogyakarta terjadi mulai 26 - 31 Mei 2020. Penyebab gelombang tinggi di ujung bulan Mei ini karena perbedaan tekanan udara yang signifikan di Samudera Hindia sebelah barat Australia dengan perairan sebelah barat Sumatera. Akibatnya terjadi peningkatan kecepatan angin antara 39 sampai 61 kilometer per jam.
"Peningkatan kecepatan angin berdampak pada gelombang laut tinggi di perairan selatan Yogyakarta," katanya. Reni menyatakan, pada 26 - 29 Mei 2020 gelombang laut bisa mencapai 5 meter. Kemudian pada 30 dan 31 Mei 2020 berangsur normal antara 2,5 sampai 4 meter. Puncak gelombang laut tertinggi telah terjadi pada 27 dan 28 Mei 2020.