Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Ingat Gita Cinta dari SMA Jangan Lupa Eddy D. Iskandar Penulisnya

Film Gita Cinta dari SMA yang ditulis Eddy D. Iskandar tak lekang oleh zaman. Ini sosok penulis film yang bisa beradaptasi setiap zaman sejak 1979.

22 Januari 2023 | 08.25 WIB

Eddy D. Iskandar. Foto : kemdikbud.go.is
material-symbols:fullscreenPerbesar
Eddy D. Iskandar. Foto : kemdikbud.go.is

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Eddy D. Iskandar seorang penulis novel yang lahir pada 11 Mei 1951 di Bandung. Ia telah menghasilkan beberapa karya yang telah difilmkan, salah satunya adalah Gita Cinta dari SMA yang sangat populer di era akhir 1970-an.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Beberapa kali novelnya, Gita Cinta dari SMA ini dilayarlebarkan, tentu saja yang fenomenal saat Galih dan Ratna diperankan Rano Karno dan Yessy Gusman, tapi tak lama lagi versi terbaru akan tayang pada 9 Februari 2023 diperankan Yesaya Abraham dan Prilly Latuconsina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Mengutip p2k.unkris.ac.id, Eddy menumbuhkan minatnya untuk menulis berawal dari hobinya membaca buku. Sejak kecil, ia terbiasa membaca buku yang dipinjam di perpustakaan umum, seperti buku karya Pramoedya Ananta Toer, Toha Mohtar, dan Mochtar Lubis. Akhirnya, Eddy pun memberanikan diri untuk menjadi penulis, tulisan pertamanya berjudul Malam Neraka pada 1970. Sejak saat itu, ia mulai rajin menulis berbagai tulisan, esai, dan puisi.

Pada 1975, setelah menyelesaikan pendidikan di Akademi Industri Pariwisata (AKTRIPA) Bandung, ia pindah ke Jakarta untuk menekuni dunia film di Akademi Sinematografi Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta, sekarang bernama Fakultas Film dan TV Institut Kesenian Jakarta. Ia pun berkeinginan untuk menjadi seorang sutradara, tetapi tidak diberikan kesempatan untuk mewujudkan keinginannya. Ia malah semakin matang menjadi seorang penulis yang serba bisa. 

Selain bergaul dengan seniman dari segala profesi, ia juga sering menyaksikan berbagai pementasan di Taman Ismail Marzuki. Eddy juga turut bergabung dalam grup wartawan Zan Zapha Grup yang mempunyai anggota para penulis muda, seperti El Manik dan Noorca M. Massardi. Dari sini, tulisannya akhirnya bisa didistribusikan ke berbagai media cetak, terutama majalah populer. Karya tulisnya pun mendapat sambutan baik dari masyarakat luas, di antaranya Gita Cinta dari SMA, Puspa Indah Taman Hati, dan Cowok Komersil

Salah satu novel Eddy, Gita Cinta dari SMA diangkat menjadi film layar lebar dan pernah dibuatkan sinetron dengan 13 episode. Pada 2010, Gita Cinta dari SMA pun kembali dinaikkan sebagai drama musikal berjudul Gita Cinta The Musical. Akibat Gita Cinta dari SMA, namanya semakin terkenal sebagai seorang penulis populer.

Namun, ketenarannya tidak membuatnya puas. Ia merasa ada kekosongan batin karena jauh dari kultur asalnya, Jawa Barat. Selain itu, ia juga kagum dengan seniman dari kawasan lain yang bisa menciptakan berbagai karya berbasis kearifan lokal. Akhirnya, rasa kekosongan tersebut terbayarkan dari kesempatan yang datang ketika ditawarkan mengelola koran mingguan Sunda, Galura. Meskipun secara finansial kalah jauh dengan menulis novel, tetapi kepuasan batin sulit dicari sehingga kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik. 

Namun, tidak hanya aktif dalam media Sunda saja, Eddy juga aktif dalam pembuatan karya seni Sunda dan merangkul seniman Sunda. Kemudian pada 1989, ia diminta untuk menulis skenario film mitos terpopuler Sunda, Si Kabayan. Salah satu kunci suksesnya ketika membuat sekuel Kabayan adalah keberaniannya mendobrak kemapanan dan membawa ide segar dalam film. Kecintaannya pada film membuat dirinya bersama produser Chand Parwez Servia membidani lahirnya Forum Film Bandung yang rutin menyelenggarakan Festival Film Bandung (FFB) sejak 1988. Kini, ia pun diangkat sebagai Ketua Umum FFB, seperti dikutip p2k.stekom.ac.id.

Atas dedikasinya yang sangat luar bisa dalam dunia film, ia berhasil meraih beberapa penghargaan, antara lain mendapat nominasi skenario jenis komedi (Si Kabayan) pada FSI 1997, Penghargaan Anugerah Muslihat Budi Kota Bandung 2010 dalam bidang Film dari pemerintah Kota Bandung, dan Penghargaan Anugerah Seni Muslihat Budi Jawa Barat (2010).

Di balik kesuksesannya tersebut, penulis Gita Cinta dari SMA didukung oleh sang istri, Evi Kusmiati. Bersama dengan istrinya, Eddy pun dikaruniai tiga orang putri, yaitu Dini Handayani, Novelia Gitanurani, Asri Kembang kasih, dan seorang putra Andre Anugerah. 

RACHEL FARAHDIBA R

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus