Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Obyek wisata bersejarah Lawang Sewu hampir selalu menjadi tujuan utama wisatawan bila sedang melancong ke Semarang, Jawa Tengah. Megahnya bangunan kuno era Belanda itu kerap dipakai untuk lokasi foto para pengunjung, bahkan pre-wedding.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di samping itu, banyak yang datang lantaran ingin memecahkan teka-teki. “Ada yang ingin menemukan jawaban benarkah pintunya 1.000 seperti namanya yang mengandung unsur sewu,” kata pramuwisata alias pemandu wisata, Aris Setiono, saat mengantarkan rombongan Tempo bersama Mal Ciputra berkeliling Lawang Sewu, Semarang, Kamis, 19 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kira-kira ada empat pertanyaan yang jawabannya ingin didapatkan para tamu saat bertandang ke sana. Dalam trip singkat berdurasi lebih-kurang 45 menit, rasa penasaran pun akan terobati dengan jawaban yang dikemukakan sang pemandu.
1. Jumlah daun pintu
Aris menerangkan, jumlah daun pintu di Lawang Sewu, Semarang, tidak benar-benar 1.000. Namun secara keseluruhan jumlahnya 928. “Disebut lawang sewu karena enggak mungkin orang di sini menyebut lawang sangangatus wolulikur (pintu 928),” ujarnya.
2. Pertama kali kembali tenar
Lawang Sewu - Semarang, Indonesia. (Google Earth)
Lawang Sewu memang sudah menjadi ikon populer Kota Atlas, Semarang. Namun keberadaannya sempat dilupakan. Lawang Sewu baru kembali naik daun pada 2006. Tepatnya saat tempat ini menjadi lokasi syuting reality show Dunia Lain. Bangunan itu lalu langsung masif dicari tahu wisatawan. “Padahal gedung sempat kosong pada 1994 sampai 2006,” ucap Aris.
3. Makin atas makin panas
Konstruksi bangunan Lawang Sewu cukup unik. Di lantai paling bawah, bangunan ini terasa sejuk atau adem. Sedangkan makin atas, hawanya makin panas. Menurut Aris, ini terjadi karena bangunan tersebut memiliki ruangan penyerap panas yang berada di lantai paling atas.
Bentuk ruangan paling atas ini menyerupai kapal terbalik. Bagian dalamnya seperti cerobong atap. Sedangkan lantai paling bawah terasa dingin karena memiliki konstruksi atap yang tinggi mencapai 5 meter. “Lalu ada rongga basement di ruangan bawah tanah. Di sana terdapat aliran air,” tutur Aris. Lantainya pun hampir seluruhya terbuat dari marmer asli sehingga menambah suasana sejuk.
4. Basement yang ditutup sejak 2014
Ruang bawah tanah atau basement, menurut Aris, ditutup sejak 2014 lalu. Ini merupakan upaya pengelola untuk menghilangkan anggapan mistis terhadap bangunan di Lawang Sewu.
Meski demikian, pengunjung masih bisa menyaksikan lorong bawah tanah dari salah satu pintu yang masih dibuka. Namun pengunjung tak diperkenankan turun. Ruangan yang terbuka tersebut berisi genangan air. Sejumlah tamu biasanya melemparkan koin dari atas ruangan ini untuk membuktikan bahwa lantai tersebut benar-benar digenangi air.