Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Gelaran event bertajuk Jogja Fashion Trend yang digelar 11-16 Juli di Yogyakarta dipadati ribuan masyarakat setiap harinya. Dalam event yang dipusatkan di Pakuwon Mall Yogya itu, setiap hari pengunjung disuguhi fashion show dari sejumlah desainer yang dibalut konsep tata panggung penuh lighting spektakuler.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perhelatan Jogja Fashion Trend 2023 itu diikuti tak kurang 131 UMKM dan fashion desainer dari berbagai daerah di Indonesia, yang terbagi dalam 13 sesi fashion show. Para desainer menyuguhkan koleksi busana ready to wear atau busana siap pakai yang mengangkat inspirasi kebhinekaan budaya dan wastra Indonesia.
Jogja Fashion Trend Ruang Ekspansi ke Turis Asing
Sutardi, salah satu desainer peserta asal Yogyakarta yang juga pendiri brand Farah Button mengungkap ajang Jogja Fashion Trend ini menjadi ruang efektif bagi dirinya ekspansi ke wisatawan mancanegara yang sedang berlibur ke Yogya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi setelah saya buka gerai di Bali pada 2022 lalu, banyak turis asing yang suka, diborong untuk oleh-oleh pulang ke negaranya," kata Sutardi ditemui Kamis petang 13 Juli, di sela penampilan karya-karyanya di event itu.
Dari getok tular atau pembicaraan relasi wisatawan mancanegara di Bali itu, gerai milik Sutardi di sejumlah daerah termasuk Yogyakarta turut panen dari para turis asing itu. "Terutama sejak April lalu sampai sekarang, ada peningkatan penjualan sampai 300 persen perbulannya di gerai gerai saya," kata Sutardi yang mempekerjakan 300 penjahit di Yogyakarta itu.
Menurut ayah dua anak itu, para wisatawan mancanegara itu menyukai produk lokal yang ia buat karena bisa dipakai dalam situasi apapun. "Wisatawan manca itu kan kalau ke sini (Indonesia) cuma bawa pakaian sedikit sekali, sisanya mereka beli, nah mereka suka produk saya," kata Sutardi yang menjual produknya berkisar dari Rp 100 hingga 500 ribu per potong itu.
Wisatawan Mancanegara Borong Beli untuk Dijual di Negaranya
Bahkan, kata Sutardi, ada wisatawan yang sengaja memborong baju baju buatannya untuk dijual lagi. "Terutama dijual di Tokyo dan Hawai, mereka sampai re-stock untuk dijual bulan Agustus nanti di dua tempat itu," ungkap Sutardi.
Sutardi menuturkan, ajang seperti Jogja Fashion Trend ini menjadi kesempatannya untuk semakin membranding usaha yang sudah dirintisnya sejak 2015 silam itu. Wisatawan yang membeli baju rancangannya makin yakin lantaran Sutardi mengikuti fashion show yang megah, meski produknya dijual murah.
Sutardi, yang dapat menjual 10-30 ribu potong bajunya dalam sebulan itu memulai usahanya dari garasi rumahnya. Namun ia kini sudah memiliki empat konveksi untuk proses produksi yang semua dilakukan di Yogyakarta.
Pilihan Editor: Melihat Keseruan Gelaran Fashion Show di Atas Bukit Prambanan