Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Buku berjudul "Jokowi Travelling Story: Kerinci 1983" diluncurkan di Pulau Dua Resto, Jakarta, Senin, 8 April 2019. Dalam salah satu bagian, diceritakan bagaimana Jokowi bermimpi naik pesawat dalam ekspedisi itu. Tapi tim Ekspedisi Kerinci 1983, Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Silvagama itu gagal menumpang pesawat Hercules.
Baca: Jokowi Travelling Story, Jokowi Bermimpi Naik Pesawat ke Kerinci
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami datang dari Yogyakarta, penerbangan sudah terlambat (di Halim Perdanakusuma). Wah enggak jadi naik pesawat, kami sudah putus asa," kata rekan Joko Widodo, Arif Mulia Nasution alias Ucok saat peluncuran buku itu. Ucok adalah rekan satu tim ekspedisi itu. Ia juga teman seangkatan Jokowi pada 1980 saat kuliah di Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buku tersebut merupakan rangkuman cerita tentang Joko Widodo atau Jokowi semasa bergabung dalam tim Ekspedisi Kerinci 1983. Buku tersebut untuk memperingati ulang tahun Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Silvagama yang ke-41, pada 16 April 2019.
Ucok menceritakan bahwa saat itu alangkah menyenangkan serta bangga bila bisa menumpang Hercules menuju Gunung Kerinci. Karena, ujar dia, saat itu transportasi udara sangat terbatas untuk menjangkau daerah pelosok Nusantara.
Kegagalan menumpang pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara saat itu lebih karena soal koordinasi waktu keberangkatan. Saat tim Ekspedisi Kerinci 1983, tiba di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, pesawat Hercules itu sudah mengudara. Menurut Ucok, saat itu sempat terbesit rencana untuk kembali ke Yogyakarta.
"Kata Jokowi terus, kami cari transportasi naik bus. Itu keputusan Jokowi," ujarnya.
Artikel lain: Jokowi Travelling Story, Jokowi Bawa Bekal Makanan Apa ke Gunung?
Ucok tak banyak tahu mengapa Jokowi tertarik bergabung dalam tim Ekspedisi Kerinci 1983. Namun, yang Ucok tahu, karena ada kesempatan bisa berjalan-jalan di luar Jawa. "Saat itu jalan-jalan pergi jauh hal yang mewah, karena biayanya besar," tuturnya.