Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Magelang - Keunikan dari MesaStila Resort & Spa di Desa Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, berupa seluruh ruang menginap tamu berupa joglo. Hebatnya lagi, joglo-joglo itu masih orisinil dari berbagai kota di Jawa Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun yang unik lagi adalah kantor resepsionis. Bangunan berwarna kuning itu rupanya memiliki nilai sejarah yang tinggi, “Itu ruang resepsionis. Dulunya dari bekas Stasiun Mayong di Jepara,” kata Senior Manager MesaStila Resort & Spa, Laila Purnamasari saat memperkenalkan diri dalam temu media, 10 Juli 2019 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangunan kayu itu berjendela kaca memanjang ke bawah dengan kusen kotak-kotak. Bagian sisi kiri depan bangunan terdapat dua loket kecil yang saling berdampingan. Loket informasi dan loket tiket itu tak lagi difungsikan.
Di dekat jendela depan dipasang kotak surat bertuliskan bahasa Belanda “Administratie Der Posterijen – Brievenbus”. Gerendel pintu dan jendela masih menggunakan gerendel asli.
Di dalam ruangan ada telepon antik dengan dua bel dan satu kenop. Sejumlah foto juga dipajang di sana, termasuk foto kondisi asli Stasiun Mayong sebelum diboyong ke Losari. Di sampingnya adalah foto bangunan untuk hanggar lokomotif yang juga bentuk fisiknya ikut diboyong ke Losari. Keduanya dalam kondisi rusak.
Bekas hanggar lokomotif kereta api dari Satsiun Mayong Jepara yang diboyong menjadi ruang pertemuan di penginapan MesasTila Resort & Spa di Desa Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, 11 Juli 2019. TEMPO/Pito Agustin Rudiana
“Kedua bangunan itu dipindah pada masa kepemilikan Bu Gabriella Teggia, pemilik Losari Plantation Coffee, Resort & Spa pada 2001. Kalau usia bangunan sudah ada sejak 1887,” papar Duty Manager MesaStila Resort & Spa, Yoyok Widyo Pramono.
Yoyok yang sempat bekerja di bawah kepemimpinan Gabriella mengisahkan, proses pengangkutan kedua bangunan cagar budaya itu dengan menggunakan 41 truk kontainer. Bagian-bagian bangunan dicopot, diangkut, kemudian disusun kembali setiba di Losari laiknya menyusun puzzle. “Sistem bangunannya knock down. Tidak pakai paku, tapi pasak. Jadi dilepasin pasaknya,” kata Yoyok.
Bangunan bekas stasiun digunakan untuk ruang resepsionis. Sedangkan bangunan bekas hangar lokomotif digunakan untuk ruang pertemuan dan cinderamata.
“Presiden SBY (Soesilo Bambang Yudhoyono) pernah meeting di situ,” kata Yoyok. Foto SBY dan mendiang istrinya, Ani Yudhoyono bersama Gabriella dan suaminya Pietro Scalzitti terpampang di ruang resepsionis itu. Pada keterangan foto tertulis tanggal 3 Juli 2006.
Diakui Yoyok, tak 100 persen bangunan tersebut merupakan kayu asli. Lantaran bangunan tua, sebagian kayu-kayunya rusak dan tak bisa dipakai. Dalam proses restorasi pun diganti dengan kayu baru yang sejenis.
Selain itu, pintu utama yang menghadap ke utara dipindah ke sisi timur. Pintu geser itu tak lagi digunakan dan lebih berupa asesoris belaka. Sedangkan pintu utama diganti pintu biasa buka tutup, “Jadi 90-95 persenlah yang asli,” kata Yoyok.
Proses pemindahan kedua bangunan heritage itu pun diawali dengan proses pelelangan,yang dimenangkan Gabriella sebagai pelelang dengan nilai terendah. Alasannya, karena tujuan memindahkan kedua bangunan itu ke Losari adalah untuk melestarikan, bukan untuk diperjualbelikan, “Selama tak mengubah bangunan, direstui PT Kereta Api Indonesia (KAI). Sampai sekarang kepemilikannya pun atas nama PT KAI,” kata Yoyok.
Yoyok juga mengisahkan sekelumit tentang sosok Gabriella yang menyukai keunikan dan etnisitas Indonesia. Gabriella pertama kali ke Indonesia pada 1969, tepatnya di Bali. Di sana, dia membeli lahan di Ubud, lalu membangun resor. Kemudian resor itu dijual kepada pemilik Grup Aman yang kemudian diubah menjadi Amandari Resort.
Gabriella pun pindah ke Yogyakarta. Di sana, dia membeli sebidang tanah di Magelang. Lahan itu kembali diambil alih oleh Grup Aman untuk dijadikan hotel, yaitu Amanjiwo Resort, “Barulah 1990 menemukan kebun kopi di Losari. Terus dibangun resort dan tetap melestarikan kebun kopinya hingga meninggal pada 2012,” kata Yoyok.