Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Melihat Sejarah Blambangan dari Abad ke-13 di Omahseum Banyuwangi

Ribuan artefak Balambangan kuno seperti lingga, kendi, manik-manik, kitab kuno, keris, pedang, sampai fosil-fosil tersaji di Omahseumvdi Banyuwangi.

20 Mei 2024 | 10.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Banyuwangi - Banyuwangi memiliki museum baru sebagai destinasi wisata. Dibuka bertepatan dengan momentum peringatan Hari Museum Sedunia 18 Mei, museum bernama Omahseum yang beralamat di Jalan Widuri, No. 21, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi itu menyajikan sejumlah koleksi bersejarah yang berkaitan dengan Blambangan sejak abad ke-13.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Museum tersebut diinisiasi oleh seorang kolektor bernama Thomas Racharto. Ia banyak mengoleksi benda-benda kuno sejak 1971. Setelah bergelut puluhan tahun, ia memiliki tak kurang dari 1.200 koleksi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ribuan artefak Balambangan kuno seperti lingga, kendi, manik-manik, kitab kuno, keris, pedang, sampai fosil-fosil tersaji di Omahseum. Salah satu yang menarik adalah naskah kuno Lontar Sritanjung.

“Ini akan diajukan oleh Perpustakaan Daeran sebagai IKON (Ingatan Kolektif Nasional) ke Perpustakaan Nasional,” kata Thomas Racharto dalam keterangan tertulis yang diterima TEMPO, Ahad, 19 Mei 2024.

Asal-usul Banyuwangi

Lontar Sritanjung diyakini sebagai legenda asal-usul nama Banyuwangi. Naskah ini merupakan koleksi langka dan memiliki arti penting bagi sejarah dan kepercayaan masyarakat Blambangan. 

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang meresmikan langsung Omahseum itu, Sabtu, 18 Mei 2024 mengapresiasi inisiatif tersebut. Menurutnya, hal tersebut menjadi sarana edukatif dan destinasi wisata baru. 

“Saya sangat senang atas inisiatif Pak Thomas Racharto dan keluarga. Ini dedikasi yang penting untuk wahana edukasi dan wisata sejarah bagi siapa saja yang ingin mengenal Banyuwangi,” ungkap Ipuk.

Ipuk menyebutkan, pemerintah daerah siap untuk mengintegrasikan Omahseum dalam program-program promosi pariwisata di ujung timur Jawa ini. Apalagi, letak Omahseum yang berada di jalur wisata menuju ke Ijen dan Desa Adat Osing Kemiren.

“Masyarakat bisa menikmati sejumlah museum. Selain di Museum Blambangan dan Museum PIGGI (Pusat Informasi Geologi Geopark Ijen), juga bisa ke Omahseum,” jelas Ipuk.

DAVID PRIYASIDHARTA 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus