Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Manado - Merebaknya penyebaran virus corona tidak menyebabkan aktivitas penjualan daging kelelawar dan ular di Pasar Beriman Tomohon atau dikenal dengan nama Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, terhenti. Hingga Kamis, 13 Februari 2020, para pedagang daging tetap menjual kedua jenis daging yang ditengarai sebagai perantara penyebar virus corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang pedagang daging kelelawar dan ular di Pasar Tomohon, Ferry Parengkuan, 55 tahun, mengatakan tak akan berhenti menjual dua jenis daging itu karena wabah virus corona yang terjadi di Wuhan, Cina. "Memang ada imbauan untuk berhenti (berjualan), tapi pembeli juga tetap datang," ujar Ferry yang telah menjual daging kelelawar dan ular selama 32 tahun, itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan pengalaman berdagang daging kelelawar dan ular selama itu, Ferry mengaku tak khawatir dengan virus corona yang diduga dibawa oleh kelelawar. Dalam sepekan, Ferry menjual hingga 100 kilogram daging ular pyhton. Menurut Ferry, daging ular itu didatangkan pemasok dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Pedagang daging kelelawar lainnya di Pasar Beriman Tomohon, Michael mengatakan terjadi penurunan jumlah pembeli selama beberapa pekan terakhir hingga 70 persen. "Tapi menurut saya bukan karena virus corona, melainkan baru selesai Natal dan tahun baru," ucap Michael yang mejual satu kilogram daging kelelawar yang sudah dibakar sekitar Rp 60 ribu.
Pasar Beriman di Tomohon dikenal sebagai pasar ekstrem karena menyediakan berbagai daging satwa, seperti anjing, kucing, tikus, kelelawar, ular, dan sebagainya. Pasar juga menjadi destinasi wisata kuliner turis mancanegara yang penasaran dengan cita rasa daging ekstrem tadi.
Dalam dua tahun terakhir, menurut Ferry, banyak wisatawan asal Cina yang datang ke Pasar Tomohon. "Tapi sejak ada wabah virus corona, tidak ada lagi wisatawan dari Cina yang ke sini," ucap Ferry.
Seorang pembeli daging kelelawar, Freddy mengatakan tak takut dengan virus corona yang bisa jadi terbawa dalam daging kelelawar. "Kami memasaknya dengan sangat baik. Dibakar, direbus, digoreng, baru dimasak dengan santan dan bumbu yang sangat banyak. Jadi kami yakin kalau ada virus, ya sudah mati virusnya," kata pria asal Kakaskasen, itu.