Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kalangan pelaku wisata dan pemerintah daerah didorong dapat memanfaatkan layanan indikasi geografis untuk dapat mempromosikan produk cenderamata lokalnya demi menggaet pasar wisatawan lebih luas. Indikasi geografis merupakan tanda yang menunjukkan suatu produk berasal dari daerah tertentu serta memiliki kualitas, reputasi, dan karakteristik yang khas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ketika produk cenderamata lokal itu sudah tertandai dengan indikasi geografis, reputasinya akan terangkat karena produk itu sudah dinyatakan sebagai produk original yang berasal dari kawasan itu,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Reni Yanita di Yogyakarta pada Rabu, 24 April 2024.
Batik Tulis Nitik
Salah satu produk cenderamata asli Yogyakarta yang sudah tertandai indikasi geografis yakni batik tulis nitik dari Kabupaten Bantul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Batik tulis nitik merupakan batik khas Yogyakarta yang termasuk motif batik tertua dan berkembang di Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Jetis, Bantul.
Tenun Doyo Benuaq Tanjung Isuy Jempang dari Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur yang sudah tercatat dalam indikasi geografis. Tempo/Pribadi Wicaksono
Motif nitik terdiri dari ribuan titik yang tersusun dan terukur membentuk bidang geometris. Batik tulis nitik memiliki ciri sangat khas menyerupai bujur sangkar dan pembuatannya dengan cara dititikkan (tidak diseret) menggunakan canting khusus.
“Dengan sudah tertandainya batik nitik sebagai indikator geografis ini, wisatawan terutama mancanegara yang masih awam dengan Yogyakarta akan lebih percaya dan terdorong mengunjungi lokasi produksinya,” kata dia.
Reni menyebut, tak hanya batik nitik Yogyakarta yang sudah menyandang indikasi geografis ini, sejumlah produk lokal di Tanah Air juga telah mendapatkan label ini. Produk itu antara lain tenun gringsing dari Kabupaten Karangasem Bali, tenun doyo benuaq Tanjung Isuy Jempang dari Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur, batik tulis complongan dari Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat juga batu giok dari Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Tengah, Provinsi Aceh.
Reni menambahkan, dengan sudah adanya sejumlah produk lokal khas Indonesia yang terlabeli indikasi geografis maka pelaku wisata dapat memanfaatkannya.
“Terutama para agen perjalanan, tour guide, bisa menggunakan reputasi indikator geografis ini untuk menarik lebih banyak wisatawan. Indikasi geografis ini juga menjadi strategi efektif melindungi kekayaan intelektual suatu produk unggulan sehingga dapat mengangkat derajat ekonomi produsen lokal, memperluas pangsa pasar, dan menjaga keberlangsungan lingkungan dan budaya lokal,” kata dia.