Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Semarak Pawai Telong-telong Menutup Festival Siti Nurbaya di Kota Padang

Pawai telong-telong di Festival Siti Nurbaya memiliki arti penting dalam sejarah perjuangan Kota Padang di masa penjajahan Belanda.

7 Agustus 2024 | 17.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Atraksi Barangsoi pada Selasa, 6 Agustus 2024 menjadi bagian Pawai Telong-telong Kota Padang yang menutup Festival Siti Nurbaya. Festival ini merupakan rangkaian perayaan HUT ke-355 Kota Padang. Foto: TEMPO/Fachri Hamzah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pawai telong-telong pada Selasa malam, 6 Agustus 2024, menutup Festival Siti Nurbaya yang menjadi rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun ke-355 Kota Padang. Pawai tersebut diikuti oleh masyarakat dari berbagai unsur dan etnis di Kota Padang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pawai yang dimulai sekitar pukul 20.00 WIB menampilkan berbagai atraksi seperti barongsai dan marching band dari Satuan Polisi Pamong Praja Padang. Para peserta pawai berjalan dari Gedung Youth Center Bagindo Aziz Chan menuju Balai Kota Lama. Rata-rata para peserta pawai yang membawa obor yang terbuat dari bambu. Peserta pawai terlihat mengenakan pakaian adat multi etnis seperti busana Minangkabau, India, dan Sunda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Rangkaian Festival Siti Nurbaya yang telah berlangsung sejak 27 Juli lalu semuanya kami persembahkan untuk warga Padang dan pawai telong-telong menjadi penutupnya," ujar Penjabat Wali Kota Padang Andree Algamar dalam sambutannya.

Andree mengatakan, ada berbagai bentuk kegiatan yang digelar dengan melibatkan banyak komunitas.

"Tujuannya agar dinikmati seluruh warga kota. Termasuk telong-telong yang kita saksikan hari ini. Hadir perwakilan etnis-etnis yang ada di Padang," katanya.

Arti Pawai Telong-telong

Telong-telong merupakan lampu atau lampion dalam berbagai bentuk yang digunakan pejuang untuk mengalahkan Belanda di Muaro Padang pada peristiwa heroik 7 Agustus 1669

Pawai telong-telong, kata Andre, memiliki arti penting dalam sejarah perjuangan Kota Padang. "Pada 355 tahun lalu, terjadi peristiwa penyerangan loji Belanda. Pejuang melakukan telong-telong sehingga Belanda terkecoh," kata dia.

Andree berharap Festival Siti Nurbaya dapat digelar lebih meriah tahun depan.

Video Mapping dan Hologram Siti Nurbaya

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang dalam laporannya menyebut banyak keistimewaan dan hal baru dalam pagelaran Festival Siti Nurbaya kali ini.

"Seperti penayangan video mapping yang pertama kali dilaksanakan di Sumbar. Juga penampilan hologram Siti Nurbaya yang pertama di Indonesia," katanya.

Menurut dia, Festival Siti Nurbaya tahun ini mendapat animo yang luas dari wisatawan. Tidak hanya wisatawan lokal, hadir pula wisatawan internasional. "Ada wisatawan Belanda, Jerman, Vietnam, dan banyak lagi," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus