Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir masih menggenangi Stasiun Tawang Semarang, Jawa Tengah hingga Ahad, 1 Januari 2023. Kondisi ini membuat laju kereta api terganggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manajemen Kereta Api Indonesia atau KAI Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang, mengalihkan sejumlah rute ke jalur selatan atau via Purwokerto – Yogyakarta – Solo. Selain itu, karena masih banjir penumpang yang naik atau turun di Stasiun Tawang, kini dialihkan sementara di Stasiun Poncol Semarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Update, di jalur rem Semarang Tawang – Alastua masih tergenang air, tidak bisa dilewati dengan normal,” jelas Manager Humas KAI Daop 4 Semarang, Ixfan Hendri Wintoko, Minggu pagi, 1 Januari 2023
Dikutip dari berbagai sumber, Stasiun Tawang merupakan salah satu stasiun tersibuk. Stasiun ini menjadi persimpangan antara jalur lintas utara dan tengah Pulau Jawa. Stasiun Tawang bahkan melayani hampir seluruh kelas kereta api antar kota seperti kelas eksekutif, campuran dan sebagian kecil ekonomi.
Baca: Belasan Perjalanan Kereta Terganggu Akibat Banjir di Semarang, PT KAI Minta Maaf
Sejarah Stasiun Tawang
Semarang dapat dikatakan sebagai kota kereta api penting. Bahkan kota ini patut dijuluki kota kelahiran kereta api di Indonesia. Kehadiran kereta api di Indonesia pertama kali di Semarang, menurut laman heritage.kai.id. Hal ini ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan rel oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda, Mr. L. A. J Baron sloet Van den Belee pada 1864.
Pembangunan jalur kereta api dengan lebar sepur 1.435 milimeter ini dilaksanakan oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), lintas Tanggung-Kemijen dengan Stasiun Samarang. Pembangunan berhasil dirampungkan pada 10 Agustus 1867. Setelah rampung di Semarang, NISM melanjutkan pembangunan ke daerah Vorstenlanden (Yogyakarta dan Surakarta) dan selesai pada 1872.
Kala itu kereta api NISM lintas Semarang-Solo-Yogya ramai oleh pengguna, terutama diperuntukkan bagi angkutan gula. Bisnis angkutan barang dari hasil panen perkebunan di wilayah Vorstenlanden memberi pemasukan berlebih untuk NISM. Kegiatan administrasi kantor pusat NISM di stasiun pun semakin sibuk.
Sayangnya Stasiun Samarang dulu dibangun di bekas tanah rawa. Genangan banjir sering melanda area stasiun apabila terjadi pasang air laut. Untuk mengatasi hal itu, direksi sepakat memindahkan kantor pusat dan memisahkan pelayanan penumpang dan barang melalui dua stasiun. Dari sinilah cikal bakal Stasiun Tawang dibangun.
Kantor Pusat NISM yang baru dipilih di lokasi sebidang tanah luas di pinggir kota. NISM membangun sebuah stasiun baru, stasiun ini dinamai Stasiun Tawang, yang diperuntukkan bagi angkutan penumpang. Sementara Stasiun Samarang kemudian dikhususkan sebagai stasiun bongkar muat barang.
Stasiun Tawang dirancang oleh arsitek Belanda Sloth-Blauwboer. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Anna Wilhelmina van Lennep, putri Kepala Teknisi di NISM pada 1911. Peresmiannya kemudian dilakukan pada 1915. Lokasinya cukup strategis, terletak di sebelah utara kawasan Kota Lama Semarang pusat perdagangan.
Kendati berlokasi strategis, wilayah di utara Kota Lama Semarang berupa rawa dengan tanah yang labil. Untuk mengatasi hal ini, sebelum dilaksanakan pembangunan dilakukan pemadatan tanah menggunakan lempengan pelat beton selama berbulan-bulan.
Stasiun Tawang didirikan menggunakan konstruksi beton bertulang. Bentuk bangunannya memanjang sekitar 168 atau 175 meter. Sepintas bangunan ini mirip dengan bagian tengah pendopo joglo (rumah adat Jawa). Di dalam hall terdapat tiga buah konter loket guna penumpang membeli tiket kereta api. NIS juga menyediakan sebuah kios besar menjual koran dan buku.
Di sekeliling atap kubah terdapat jendela yang memberikan pencahayaan untuk hall, sehingga memperkuat kesan megah pada ruangan. Selain itu, jendela pada sekeliling kubah digunakan juga sebagai ventilasi udara. Pencahayaan didapatkan dari jendela pada fasad bangunan utama yang terpasang kaca dari perusahaan J. H. Schouten di Den Haag.
Sementara itu, di kedua sisi bangunan utama terdapat konstruksi besi berbentuk pelana buatan Werkspoor, Amsterdam. Atap bangunan ditutupi dengan genteng buatan Stoom Pannen fabriek van Echt. Sayap bangunan bagian kanan merupakan ruang tunggu kelas satu, ruang kepala stasiun, ruang sinyal dan ruang operasional. Sedangkan sayap kiri sebagai ruang tunggu kelas dua dan tiga bagi pribumi.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Banjir Genangi Stasiun Semarang Tawang
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.