Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Suasana Kenduri Nuzulul Quran di Aceh Saat Wabah Corona

Wabah corona membuat tidak semua desa di Aceh Besar dan Kota Banda Aceh menggelar Kenduri Nuzulul Quran saat Ramadhan.

19 Mei 2020 | 19.37 WIB

Warga melihat masjid raya Baiturrahman Banda Aceh dari atas gedung DPRK di Banda Aceh, Aceh, Selasa 12 Mei 2020. Masjid raya Baiturrahman merupakan peninggalan kerajaan Aceh pada abad 15 M yang saat ini telah memiliki tujuh kubah dan pernah dibakar oleh Belanda pada 1873 serta dibangun kembali pada 1875. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Perbesar
Warga melihat masjid raya Baiturrahman Banda Aceh dari atas gedung DPRK di Banda Aceh, Aceh, Selasa 12 Mei 2020. Masjid raya Baiturrahman merupakan peninggalan kerajaan Aceh pada abad 15 M yang saat ini telah memiliki tujuh kubah dan pernah dibakar oleh Belanda pada 1873 serta dibangun kembali pada 1875. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Banda Aceh - Sebagian masyarakat Aceh tetap melaksanakan acara Kenduri Nuzulul Quran sebagai bagian dari kearifan lokal di bulan Ramadan. Tradisi Kenduri Nuzulul Quran tersebut, khususnya bagi masyarakat Aceh Besar dan Kota Banda Aceh dinamakan kenduri 'Tammat Daruh' atau bermakna kenduri khatam Quran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Suasana Kenduri Nuzulul Quran terasa berbeda di masa wabah corona ini. Biasanya, anak-anak sampai orang dewasa memenuhi masjid untuk bersama-sama membaca Al-Quran sampai waktu buka puasa tiba. Mereka kemudian berbuka puasa dengan hidangan yang dikirimkan masyarakat sekitar masjid dan makanan yang dimasak bersama-sama di halaman meunasah atau masjid.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Wabah corona membuat tidak semua desa di Aceh Besar dan Kota Banda Aceh menggelar Kenduri Nuzulul Quran pada Ramadhan 1441 Hijriah. "Memang suasana kenduri Nuzulul Quran kali ini terasa berbeda. Tapi Alhamdulillah, Aceh masih berstatus daerah hijau Covid-19," kata Khairullah, warga Gampong Ateuk Munjeng, Kota Banda Aceh, Selasa 19 Mei 2020.

Khairullah yang juga Ketua Tuha Peut Gampong Ateuk Munjeng, menambahkan, biasanya kegiatan kenduri Nuzulul Quran dilakukan secara besar-besaran dan mengundang warga desa-desa tetangga untuk buka puasa. "Tapi tahun ini tidak bisa seperti itu lagi," kata dia.

Seorang pria memasak kuliner khas Aceh kuah beulangong untuk Kenduri Nuzulul Quran yang biasa diadakan saat bulan Ramadan. Foto: Antaranews

Satu menu wajib dalam Kenduri Nuzulul Quran adalah 'kuah beulangong' yang dimasak dengan bergotong royong di meunasah masing-masing gampong. Menu 'kuah beulangong' adalah kuliner khas Aceh Besar yang berisi daging sapi dan kambing dengan campuran aneka bumbu, serta buah nangka mentah yang dimasak dalam kuali besar atau beulangong.

Puluhan belanga duduk seimbang di atas tungku perapian. Mereka di jejer rapi oleh warga di halaman samping dari masjid yang ada di kawasan Gampong Ateuk Munjeng, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh. Selain nangka mentah, kuah beulangong juga berisi batang pisang, buah pisang kepok mentah, dan labu.

Di acara Kenduri Nuzulul Quran kali ini, warga Ateuk Munjeng hanya memasak 26 kuali 'kuah beulangong' kemudian dibagikan ke masyarakat. Semua jauh dari ingar-bingar dan kemeriahan ala kenduri.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus