Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tur virtual menjadi kegiatan wisata alternatif selama wabah corona. Peserta tur virtual bisa mendapatkan gambaran seperti apa suasana sebuah destinasi wisata yang mungkin bakal mereka kunjungi setelah wabah corona ini berlalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Kamis, 28 Mei 2020, Tempo mengikuti tur virtual bersama perusahaan teknologi pariwisata Autorin. Tur virtual bertema Festival Libur Lebaran ini dimulai pada 26 Mei hingga 7 Juni 2020. Kali ini, Tempo bersama wisatawan daring lainnya 'berkunjung' ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lewat peta online Google, wisatawan diajak menuju sebuah dermaga di tepian Sungai Martapura. Dari dermaga, semua mulai berlayar menggunakan perahu menyusuri Sungai Martapura. "Kita sekarang naik perahu klotok. Satu perahu cukup untuk 25 orang," kata Pramudya Arie Rosadi, pemandu tur virtual Banjarmasin. Menurut dia, perahu itu disebut perahu klotok karena suara mesinnya berbunyi, "klotok, klotok, klotok."
Arie menjelaskan, perahu tersebut akan mengantar wisatawan daring ke Pasar Terapung Lok Baintan. Bagi wisatawan yang ingin melihat langsung aktivitas di pasar terapung disarankan sampai di Sungai Martapura selepas subuh. Musababnya, pasar terapung Lok Baintan hanya ada sampai pukul 09.00. "Ini seperti pasar induk. Semua transaksi berada di atas kapal," tuturnya.
Sejumlah pedagang pasar terapung membagikan sayur dan buah di sungai Martapura, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Ahad, 24 November 2019. Sebanyak 374 pedagang pasar terapung berhasil memecahkan Rekor Museum Indonesia (MURI) sebagai rekor pembagian sayuran dan buah dari jukung terbanyak. ANTARA
Setiba di Pasar Terapung Lok Baintan, tayangan gambar menampilkan deretan perahu dengan berbagai macam dagangan, misalkan sayuran dan buah-buahan. Beberapa wisatawan tampak bertransaksi dengan pedagang dari atas perahu. "Ada juga yang berjualan nasi kuning dengan teh hangat untuk sarapan," kata Arie.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarmasin, Ihsan Al Haque menjelaskan, pasar terapung adalah kebiasaan berniaga yang sudah ada sekitar 500 tahun lalu. Pasar terapung muncul karena belum ada akses jalan darat. "Semua interaksi sosial, ekonomi, budaya berlangsung di sungai. Salah satunya melalui perdagangan dan jasa, interaksi antara warga di pasar terapung," katanya.
Ihsan menjelaskan, di pasar terapung pun masih ada yang bertransaksi dengan saling bertukar barang atau barter. "Biasanya barter hasil kebun atau hutan dilakukan oleh sesama pedagang. Dari situ barulah kemudian ke penjual dan pembeli seperti biasa," tuturnya.