Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Turunnya Salju dan Beberapa Fakta Penting Tentang Gurun Sahara

Salju yang turun di gurun Sahara adalah salah satu fakta sains yang menarik dari padang pasir terbesar di dunia itu.

11 Januari 2018 | 15.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wisatawan melihat salju yang menutupi sebagian Gurun Sahara di Kota Ain Sefra di Aljazair. Salju menutupi bukit pasir merah ini merupakan kejadian yang sudah ketiga kalinya dalam 37 tahun. Zineddine Hashas/Geoff Robinson

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Panorama itu sungguh menakjubkan. Hamparan salju telah turun di Gurun Sahara, bagian Aljazair, dan menyelimuti bukit-bukit pasir yang menumpuk setinggi 40 scentimeter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salju mulai jatuh di kota Ain Sefra pada Minggu, 7/1, dini hari dan membuat anak-anak berseluncur menuruni lereng. Ini adalah "kedatangan" salju yang ketiga dalam 40 tahun terakhir di tempat yang terkenal dengan “Gerbang Gurun” itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juru bicara Met Office kepada The Independent mengatakan kondisi di Eropa saat ini yang dingin selama akhir pekan, telah mendorong udara dingin ke wilayah Sahara. "Semacam kelembaban akan membawa salju itu,” kata dia.

Sahara adalah padang pasir terbesar di dunia. Kawasan ini membentang dari Mauritania di sebelah barat hingga ke Mesir  sebelah timur. 

Di tengah kegersangan abadi itu, Sahara ternyata bagai laboratorium ilmu pengetahuan. Banyak fakta sains yang terdapat dan berkembang dari Sahara. Berikut beberapa diantaranya.

  1. Kadal Sahara Perenang Pasir Lihai

Di Sahara hidup kadal sandfish yang mejadikan gurun pasir ibarat samudra bagi ikan. Dengan meliuk-liukkan tubuhnya, kadal mungil endemik gurun Sahara di Afrika Utara ini mampu membenamkan diri dan "berenang" di lautan pasir dalam hitungan detik.

 Kemampuan unik reptil sepanjang 10 sentimeter ini terkuak berkat penelitian tim ilmuwan Georgia Institute of Technology di Atlanta, Amerika Serikat, pada 2009.

Rahasia kehebatan kadal sandfish (Scincus scincus) terletak pada desain tubuhnya. Moncong panjang meruncing memudahkan untuk menggali pasir. Tubuh ramping berselimut sisik halus dan mengkilap efektif memperkecil gaya gesek dengan pasir. Kaki pendek dan kokoh dengan jari-jari yang pipih memanjang serta ekor lancip membuat si kadal bisa dengan cepat membenamkan diri ke pasir.

Daniel Goldman, fisikawan yang memimpin penelitian itu, mengatakan sandfish hanya memerlukan setengah detik untuk menyelam dari permukaan ke dalam pasir. Begitu berada di bawah permukaan, kadal tak lagi menggunakan kakinya untuk bergerak. "Mereka bergerak maju dengan meliuk-liuk seperti ular," kata dia.

Kemampua n kadal ini dijadikan pijakan untuk mendesain robot yang mampu bergerak di medium selain air dan udara. Robot itu bisa digunakan untuk mendeteksi ranjau darat, memantau gempa bumi, hingga dipakai dalam misi antariksa.

  1. Sahara Produsen Energi Surya Terbesar

Terik matahari di gurun Sahara menjadi sumber energi menguntungkan bagi Maroko, yang telah membangun pembangkit listrik tenaga surya (PL TS). Noor 1, pada 2015. Ini adalah bagian pertama dari kompleks PLTS Noor- Ouarzazate.

Sebanyak 800 baris cermin lengkung setinggi 12 meter berjejer di pinggir Kota Ouarzazate, di tepi gurun Sahara siap “memanen” cahaya matahari.

Maroko adalah pionir pembangun PLTS di Timur Tengah dan Afrika Utara. PLTS Noor-Ouarzazate adalah proyek raksasa Maroko untuk mengatasi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil impor, karena mereka tidak memiliki minyak bumi.

Lebih dari 90 persen energi yang dikonsumsi negeri itu berasal dari impor. Maroko bahkan satu-satunya negara Afrika yang memiliki jaringan kabel listrik ke Eropa, karena harus membeli listrik dari Spanyol.

Kompleks Noor-Ouarzazate menjadi PLTS de ngan teknologi concentrated solar plant (CSP) yang memakai jaringan cermin parabola terbesar di dunia begitu selesai pada 2017. PLTS itu dirancang untuk menghasilkan 500 megawatt listrik, cukup untuk memasok kebutuhan 1,1 juta warga Maroko.

  1. Debu dan Aerosol biologi Sahara Berguna bagi Benua Lain

Studi lapangan dampak aerosol terhadap awan dan curah hujan di Sierra Nevada, Amerika Serikat, keadaan itu dipengaruhi apa yang terjadi di Gurun Sahara. Terbukti bahwa debu dan mikroorganisme yang terbawa dari gurun Sahara membantu mendorong presipitasi yang diandalkan penduduk California untuk memenuhi pasokan airnya.

Studi pada 2013 itu bertujuan memberi pemahaman tentang masa depan suplai air dan pembangkit listrik tenaga air dalam perubahan iklim. Perubahan itu akan mempengaruhi seberapa banyak dan seberapa sering debu dari seluruh dunia mengubah tingkat presipitasi. Ini adalah air yang jatuh ke bumi, dan jauh dari sumber semula.

Jessie Creamean, peneliti di Earth System Research Laboratory milik badan oseanografi dan atmosfer Amerika di Boulder, menyatakan penelitian itu menunjukkan bagaimana debu dan aerosol biologi dari Sahara terlibat dalam pembentukan es di awan, yang mempengaruhi jatuhnya air (presipitasi) di California.

"Belum ada yang bisa mengetahui secara langsung asal-usul aerosol yang membentuk awan tingkat menengah yang menghasilkan presipitasi, umumnya dalam bentuk salju," katanya.

Angin diketahui dapat membawa aerosol, seperti debu, pada ketinggian di atas 5.000 meter dari satu benua ke benua lain. Sebuah studi bahkan menunjukkan debu dari Asia bisa mengelilingi planet ini dalam 13 hari.

MAHARDIKA SATRIA HADI| DW | THE GUARDIAN | MORROCO WORLD NEWS SCIENCEDAILY | TJANDRA DEWI| ANTARA

Berita lain:

Berita lain:

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus