Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Usai 25 Tahun, Ini Alasan Raja-Ratu Belanda Kunjungi Yogyakarta

Raja Willem-Alexander dan Ratu Mxima Zorreguieta Cerruti dari Kerajaan Belanda dijadwalkan mengunjungi Yogyakarta pada 11 Maret 2020.

20 Januari 2020 | 22.14 WIB

Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima bersama anak-anak Putri Amalia, Putri Alexia, dan Putri Ariane saat pemotretan musim panas keluarga kerajaan di Istana Huis ten Bosch, Den Haag, Belanda pada 19 Juli 2019.[REX/Daily Mail]
Perbesar
Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima bersama anak-anak Putri Amalia, Putri Alexia, dan Putri Ariane saat pemotretan musim panas keluarga kerajaan di Istana Huis ten Bosch, Den Haag, Belanda pada 19 Juli 2019.[REX/Daily Mail]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima Zorreguieta Cerruti dari Kerajaan Belanda dijadwalkan mengunjungi Yogyakarta pada 11 Maret 2020 nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Kunjungan Raja dan Ratu Belanda ke Yogya ini menjadi kunjungan yang pertama kalinya sejak 25 tahun silam,” ujar Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns usai bertemu Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam X di Ndalem Ageng, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta Senin 29 Januari 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Grijns menuturkan Grijns menjelaskan, Yogyakarta dipilih menjadi tujuan kunjungan keluarga Kerajaan Belanda, karena dianggap memiliki latar belakang budaya kerajaan yang sama, serta memiliki sejarah cukup istimewa, “Yogya menjadi pusat pengetahuan, sains, sekaligus budaya. Paket komplit ini tidak dimiliki daerah lain,” ujarnya.

Belanda, ujar Grijns melihat Yogyakarta sebagai daerah yang trendi, tak kekurangan intelektual muda dan maju dalam sektor inovasi dan kebudayaan. Grijns menuturkan Kerajaan Belanda sangat tertarik dan ingin tahu lebih tentang rencana masa depan dan peran khusus yang akan dilakukan Yogyakarta.

Oleh sebab itu, dalam kunjungan nanti, ujar Grijns, Raja dan Ratu Belanda akan bertemu dan berdiskusi langsung dengan Raja Keraton sekaligus Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta.

Arsitektur Keraton Yogyakarta merupakan perpaduan budaya Jawa dan gaya Belanda. TEMPO/Pribadi Wicaksono

Selain menyambangi keluarga Keraton, Raja dan ratu Belanda juga bakal bertolak menyambangi kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), yang dipandang sebagai ikon dan pusat ilmu pengetahuan dan teknologi di Yogya, “Sektor pendidikan menjadi satu fokus dalam kunjungan Raja dan Ratu Belanda nanti,” ujar Grijns.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Gubernur DIY Paku Alam X menuturkan kunjungan pucuk pimpinan kerajaan Belanda ke Yogyakarta, bisa menjadi energi positif untuk memperbaiki lagi hubungan kedua belah pihak yang pasang surut di masa lampau.

Paku Alam tak menampik, sejarah hubungan Yogyakarta – Belanda pada masa penjajahan tidak bisa dikatakan baik, “Namun bukan berarti tidak ada nilai positif yang bisa diambil dari sejarah hubungan tersebut. Salah satu sisi positif tersebut adalah diadopsinya beberapa kebudayaan Belanda seperti bangunan arsitektur dan adopsi bahasa,” ujarnya.

Paku Alam menuturkan sudah sejak lama Yogya – Belanda menjalin hubungan kerjasama dalam berbagai bidang. Kemitraan tersebut terjalin kuat karena terhubung ikatan budaya dan sejarah.

“Kami berharap kunjungan nanti dapat meningkatkan kerjasama bidang ekonomi, sains, budaya, pariwisata, dan teknologi hingga dampaknya meningkatnya kesejahteraan masyarakat kerajaan Belanda dan Yogya,” ujar Paku Alam.

Sebelum kedatangan Dubes Belanda awal pekan ini, pada pekan lalu Raja Keraton Yogyakarta yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, lebih dulu menerima kunjungan Dubes RI untuk Bulgaria merangkap Albania dan Macedonia, Sri Astari Rasjid.

 RajaBelandaWillem-Alexander

Dalam pertemuan itu Astari membuka peluang kerja sama ekonomi antara komunitas Yogyakarta dengan komunitas bisnis di Kota Plovdiv, yang pada 2019 lalu dinobatkan menjadi salah satu pusat kebudayaan Eropa.  

“Plovdiv merupakan kota dagang di Bulgaria, harapan saya dari DIY bisa menjalin bussiness matching dengan bussiness comunity di sana dengan pintu masuk kebudayaan yang sama start-nya sebagai modal,” ujar Astari.

PRIBADI WICAKSONO

Ludhy Cahyana

Ludhy Cahyana

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus