Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Wisata di Yogyakarta, Jangan 100 Persen Percaya Aplikasi Peta

Kasus kecelakaan lalu lintas di tempat wisata diduga terjadi karena wisatawan semata mengandalkan layanan penunjuk arah dan aplikasi peta.

6 Mei 2019 | 04.09 WIB

Pemerintah akan memulangkan tujuh jenazah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menjadi korban kecelakaan lalulintas di Penang Malaysia, Selasa 24 Oktober 2017.
Perbesar
Pemerintah akan memulangkan tujuh jenazah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menjadi korban kecelakaan lalulintas di Penang Malaysia, Selasa 24 Oktober 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta, Inspektur Jenderal Ahmad Dofiri mengimbau wisatawan yang hendak berpergian ke sejumlah objek wisata di Yogyakarta tak selalu berpedoman pada jalur yang direkomendasikan fitur layanan peta atau penunjuk arah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Imbauan Ahmad Dofiri berangkat dari sejumlah kasus kecelakaan lalu lintas di tempat wisata yang disinyalir terjadi karena wisatawan semata mengandalkan layanan penunjuk arah tanpa tahu kondisi medan yang sebenarnya. "Banyak wisatawan yang hanya mengandalkan aplikasi peta atau penunjuk arah tanpa mengetahui medan sebenarnya. Padahal yang diarahkan oleh aplikasi termasuk jalur berbahaya dan tidak direkomendasikan untuk dilintasi kendaraan tertentu," ujar Dofiri, Minggu 5 Mei 2019.

Dofiri menuturkan, umumnya 'jebakan' aplikasi penunjuk arah itu terjadi pada jalur menuju objek wisata yang memiliki tanjakan ekstrem. Bus dan kendaraan wisata yang membawa rombongan kerap mencuri kesempatan melewati jalur yang sebenarnya berbahaya.

Kapolda DIY Irjen Pol Ahmad Dofiri. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Salah satunya kasus kecelakaan terbaru terjadi di jalur tengkorak Cinomati di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, yang menjadi rute menuju objek wisata di ketinggian, yakni Hutan Pinus Mangunan dan Puncak Becici. Pada akhir Maret 2019, seorang wisatawan pengendara sepeda motor asal Bekasi, Jawa Barat, tewas akibat rem sepeda motor yang dikendarai tak berfungsi dengan baik ketika menuruni jalur yang ekstrem dengan turunan dan tanjakan serta kelokan tajam ini.

Sebelumnya menjelang akhir 2017, sebuah bus pariwisata asal Boyolali, Jawa Tengah, menabrak bukit di Jalan Imogiri-Dlingo, tepatnya di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri. Dua dari puluhan penumpang yang hendak berwisata ke Tebing Breksi dan Hutan Pinus, itu tewas karena kecelakaan tersebut.

Sejumlah jalur wisata ekstrem yang tak bisa hanya mengandalkan aplikasi penunjuk arah dan peta, menurut Dofiri, ada di kawasan Sleman, seperti di Tebing Breksi, Kulonprogo, dan Gunungkidul Yogyakarta.

Pada masa Ramadan dan libur Lebaran nanti, dia memperkirakan kunjungan ke sejumlah objek wisata yang melintas di jalur ekstrem bakal meningkat. Dofiri menyarankan wisatawan mematuhi rambu lalu lintas dan arahan petugas di lapangan.

"Taati kalau memang rekomendasinya tidak boleh lewat. Apalagi saat momentum liburan Ramadan dan Lebaran yang kondisi lalu lintasnya cukup padat," ujarnya.

Rini Kustiani

Rini Kustiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus