Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

<font face=arial size=2 color=#FF9900><B>Luna Maya: </B></font><BR />Saya Jauh Lebih Dirugikan

28 Desember 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GALIBNYA acara seperti ini diserbu para "wartawan" infotainment. Ya, Rabu pekan lalu itu, Luna Maya tengah merayakan pembukaan kafenya. Tapi, hingga acara itu berakhir, tak terlihat kamera infotainment menyorot acara tersebut. "Saya rada trauma," ujar Luna. Ia mengaku sengaja tak mengundang pekerja infotainment. Berikut ini wawancara wartawan Tempo, Anton Aprianto, dengan Luna seputar kasus hukum yang menimpanya.

Kenapa Anda begitu kesal pada pekerja infotainment ?

Ini berawal saat mereka mau mewawancarai saya setelah Gala Premier Film Sang Pemimpi di FX Plaza. Saat itu saya menggendong Alea (putri Ariel, teman dekatnya). Saya minta wawancaranya di lobi. Namun ada yang memaksa sampai kameranya menyenggol kepala Alea ketika kami turun dari lantai dua melalui eskalator. Saya kesal karena tak dihargai. Saya bilang, parah deh, enggak sabaran. Tapi saya tetap meladeni wawancara mereka.

Itu alasan Anda marah di Twitter?

Bukan hanya kejadian itu. Ini akumulasi. Mereka sering tidak menghargai narasumber. Saya punya hak menolak, tapi mereka sering maksa. Kadang pertanyaannya menyulut emosi.

Anda merasa dirugikan pemberitaan mereka?

Ada banyak kasus. Paling parah soal saya disebut artis yang bisa "dibeli" di salah satu tabloid. Ini fitnah menyakitkan. Ada juga wawancara fiktif. Kadang beritanya dipelintir. Saya gemas pada mereka. Banyak artis punya keluhan serupa.

Sejauh ini, berapa porsi berita yang merugikan itu?

Tujuh puluh banding tiga puluh. Tujuh puluh persen agak ngarang, tiga puluh bisa dikatakan baik.

Anda pernah mengajukan keberatan tentang ini?

Secara resmi sudah pernah. Jawabannya hanya kata maaf lisan.

Tidak ada upaya lain, mengadu ke Dewan Pers, misalnya?

Saya anggap semuanya selesai. Saya hanya ingin mereka tidak jadi hakim, bisa menilai saya ini benar atau salah.

Tapi kini Anda justru diadukan ke polisi....

Mereka ini pernah memfitnah saya. Itu saya biarkan. Ketika balik dikritik, mereka tidak terima. Seharusnya kan siap dikritik.

Menurut Anda, laporan ke polisi itu berlebihan?

Karena tulisannya di Twitter, seharusnya argumentasinya juga di Twitter, dong. Saya jauh lebih dirugikan. Berita-berita tidak benar tentang saya justru lebih banyak dikonsumsi orang. Kalau di Twitter kan terbatas.

Lalu kenapa akun Twitter Anda kini ditutup?

Ini sementara saja, karena ada yang ikut-ikutan berkomentar tak sehat.

Pernah ada niat minta maaf kepada mereka?

Awalnya saya ingin duduk bareng, menjelaskan alasan menulis di Twitter itu. Mereka jangan hanya bisa menyalahkan. Lalu saya dengar mereka rapat. Saya pikir membahas penyelesaian secara kekeluargaan. Jadi saya tunggu saja. Ternyata ke polisi.

Anda kaget dilaporkan ke polisi?

Awalnya bingung, baru kali ini dilaporkan ke polisi. Setelah saya pelajari, saya santai saja. Di Twitter juga saya tidak menyebut nama yang spesifik.

Anda mau berdamai?

Saya sudah minta maaf lewat Twitter. Kalau mau damai, mereka harus punya iktikad baik. Cabut dulu laporan polisi itu. Hentikan juga pemberitaan secara sepihak.

Tidak takut kasus ini berlanjut?

Saya siap menghadapinya. Buktinya Prita bisa. Saya juga korban Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Banyak juga caci maki di Internet. Kalau pakai pasal pencemaran itu, bisa banyak yang ke polisi.

Anda setuju pasal itu direvisi?

Setuju. Saya ambil hikmahnya saja. Mungkin harus ada korban dulu, baru direvisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus