JS (12 tahun), sore itu, Senin 17 Mei 1976, sepulang dari kebun
langsung ke kamar mandi. Darah yang keluar dari bagian tubuhnya
dibersihkannya, tapi rasa cemas dan letih badannya semakin
berat. Karenanya ia cepat masuk kamar tidur. Ayah-ibu menyangka
gadis cilik mereka ini -- yang masih duduk di kelas VI SD tentu
kepayahan pergi ke kebun yang jaraknya 2 kilometer dari desa
Paslaten Kecamatan Tomohon. Minahasa. Maklum si anak nomor 4
dari 8 bersaudara ini jarang sekali di disuruh ke kebun.
Hari itu kebetulan ia mau saja diajak oleh Meiske Montolalu (17
tahun). saudara sepupunya, untuk mengambil tunas pisang untuk
ditanami dari kebun ayah Meiske. Tapi sebenarnya yang meletihkan
JS bukan soal pergi-pulang kebun. Perih yang tak tertahankannya
akhirnya diungkapkannya kepada ibunya. 'Ma,tadi saya jatuh di
kebun dan tertusuk kayu. Darah banyak yang keluar', begitu lapor
cemas si gadis pada ibunya, sambil menunjuk tempat yang tertusuk
itu -- alat vitalnya. Tak ayal lagi melihat keadaan sang anak,
orangtua JS angsung membawanya ke RS Bethesda malam itu juga.
Dokter Lampah yang memeriksa pertama. Mengalihkan pemeriksaan
selanjutnya kepada dokter Mallopo yang ahli kandungan dan
penyakit anak-anak. "Dokter tidak mengatakan hasil
pemeriksaannya, kecuali mengatakan tidak apa-apa dan anak itu
perlu dirawat di rumah sakit agar jangan terjadi infeksi", tutur
ayah JS.
Sudah Memeluk
Tapi benarkah begitu: si gadis cilik mengalami kecelakaan
tertusuk kayu? Ternyata kemudian Komdis Tomohon yang ada
mencium apa-apa dalam soal kecelakaan anak ini segera turun
tangan. "Apa sebenarnya yang menyebabkan anak itu perlu dirawat
di rumah sakit?". tanya Dan Dis Tomohon. Lettu M. Saleh Surya
kepada fihak orang tua. "Benar, anak kami hanya mengalami
kecelakaan biasa", tutur sang ibu. Tapi Polisi yang sudah punya
informasi cukup, bertindak lain. Seorang laki-laki bernama PM
(48 tahun), abang dari ibu si gadis JS dan ayah angkat dari
Meiske, tanggal 26 Mei diciduk Polisi dari rumahnya. Dalam
pengusutan, semula PM mengelak. Tapi ketika kepadanya
diperlihatkan pengakuan tertulis dari JS, apa yang diperbuatnya
terhadap gadis cilik itu di kebun, akhirnya ia mengaku juga.
"Benar saya sudah memperkosa gadis cilik keponakan saya itu". PM
ini ternyata bekas penghuni Nusakambangan selama 7 tahun --
waktu masih jejaka, 1949, juga menggagahi gadis cilik yang lebih
kecil, 8 tahun, di desa yang sama. Sebagai kenangan masa
lalunya, segenap dada dan lengan bekas hukuman ini penuh dengan
rajahan.
Meski sudah mengaku sebagai pemerkosa, PM masih berdalih juga.
"Saya mengira yang saya peluk saat itu isteri saya" -- sambil
mengatakan saat itu ia melihat bayangan isterinya yang baru tiga
bulan meninggal. "Maklum isteri saya itu biasa saya lihat
jalan-jalan dikebun itu". Tapi si gadis cilik yang masih
polos tentu saja berkata lain. Sore itu, menurut penuturan JS,
ia bersama gadis Meiske tiba di kebun PM lalu mengambil bibit
pisang. Sang uwak membantu menggali tunas-tunas pisang itu.
Setelah selesai, Meiske pergi memetik cabai dan JS diajak
uwaknya PMI pergi ke kebun sebelah untuk menyadap saguer.
Sebelum memanjat pohon saguer, PM sudah membuka celananya
tinggal celana kolor dan pisau penyadap yang terselip di
pinggang. Selesai menyadap. ia menuangkan saguer ke dalam dua
buah botol yang akan dibawa pulang JS, kemudian meminum saguer
yang tersisa. Sambil minum ia berdiri berhadapan dengan JS, dan
mulai menanyai keponakannya yang masih hijau itu, siapa pacar
gadis ini. Karena ditanyai dengan pertanyaan yang terasa asing,
gadis ini mencoba mengalihkan percakapan sambil memandang ke
arah lain karena malu. "Tiba-tiba saya sudah dipeluk erat dari
belakang oleh Papi", tutur JS yang memang biasa memanggilnya
papi sejak kecil.
Lain Kali
Ia, yang tidak berdaya, diseret kira-kira 5 meter ke
rumput-rumput, lalu ditelentangkan. Blus dan celana jengki yang
dipakai si gadis disobek laki-laki beringas yang sudah tak sabar
ini. Lalu ia mulai mengisap mulut dan buah dada yang baru mulai
montok itu. "Saya mau berteriak tapi mulut saya disumbatnya",
keluh JS kepada TEMPO . "Cukup lama. Kira-kira setengah jam saya
merasa sangat sakit, dipaksanya". Seusai perbuatannya, PM
mengancam. "Awas kalau sampai bocor rahasia ini. Saya bunuh kamu
semua dengan orangtuamu". Tak lupa dibumbuhi pesanan:"Lain kali
kalau saya minta-lagi harus diberikan". Dan sesudah peristiwa
ini berlalu, JS segera mendatangi Meiske lalu keduanya pulang.
Mieiske yang melihat kelainan rupa JS saat itu, merasa curiga
dan mulai mendesak keterangan. "Rambutnya kusut penuh rumput dan
roknya ada darah. Darah itu tercoreng juga di wajahnya, membuat
saya curiga", ujar Meiske. Kepada Meiske, dalam perjalanan
pulang, JS menuturkan apa yang telah dilakukan uwaknya terhadap
dirinya. Karena merasa takut, tak urung Meiske setibanya di
rumah langsung melarikan diri. Selama 10 hari lebih gadis yang
diperlukan sebagai saksi ini mengungsi ke Manado. "Saya takut
kepada ayah. Ia sangat kejam dan tidak segan-segan memukul
saya". keluh Meiske -- yang sampai kini tak tahu siapa
orangtuanya. karena sejak usia 4 bulan sudah diangkat anak oleh
PM yang tak punya keturunan. Seterusnya ia memang akan berpisah
dengan ayah angkatnya, yang mungkin sudah akan menjalani hari
tuanya di Lembaga Pemasyarakatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini