Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

7 Hari Samad Mencari Dirut

Sejumlah pegawai di Lumajang tertipu kredit rumah murah dengan jaminan sertifikat tanah oleh PT Agung Karya. Kepala perwakilan, Samad Notohardjo, mengadukan dirut agung karya ke polisi.

18 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELUM ketahuan benar berapa banyak dan siapa saja yang merasa ditipu PT Agung Karya, yang mengaku sebagai pemborong rumah murah dan berpusat di Surabaya. Setidaknya ada 52 orang, pegawai rendahan di Lumajang (Jawa Timur) yang sekarang gigit jari. Sertifikat tanah mereka dan sejumlah uang, yang mula-mula dimaksud sebagai cicilan untuk memperoleh rumah murah, boleh dibilang tak bakal kembali. Sejak April lalu PT Agung Karya sudah membujuk para pegawai rendahan dengan cara yang menarik. Perusahaan ini sanggup membangunkan rumah dengan harga pokok Rp 1 juta, dapat diangsur antara 5 sampai 20 tahun. Tanpa uang muka lagi! Mana ada penawaran yang lebih enteng dari itu? Tentu saja peminatnya juga berlimpah. Dalam waktu singkat perwakilan Agung Karya di Lumajang tersebut sudah menerima 121 orang pendaftar. Berhubung prioritas pertama hanya diberikan kepada pendaftar yang telah memiliki tanah sendiri, maka dari sekian pendaftar yang dilayani 52 orang didahulukan. Tak Muncul Notaris khusus didatangkan dari Pasuruan. Para peminat dipanggil untuk teken kontrak. Biaya notaris Rp 3.000 setiap kontrak, ditanggung masing-masing "calon pemilik" rumah. Bersama itu juga sertifikat tanah harus dititipkan kepada fihak pemborong sebagai jaminan. Rencana pembangunan, begitu diumumkan, akan dimulai antara 5 sampai 15 Juni 1978. Harap masing-masing pemilik tanah menyiapkan segala sesuatunya sendiri. Misalnya, meratakan tanah, mencabut segala macam tanaman atau rumah yang ada di atasnya. Dan jangan lupa, yang mau selamatan tanpa diminta juga dapat dilaksanakan masing-masing. Hanya yang penting angsuran sudah mulai ditarik bulan Juni. Yang akan mengangsur selama 20 tahun boleh mencicilnya Rp 11.160 sebulan. Dan yang 10 tahun angsurannya Rp 14.000. Kesibukan pun mulai. Puluhan orang yang telah membongkar rumah di samping yang cuma mencabuti tanaman saja. Untuk sementara ada yang nebeng di rumah mertua atau numpang pada tetangga. Selamatan diadakan di sana-sini. Tapi sampat selamatan selesai, para pekerja yang dijanjikan pemborong tak kunjung muncul juga. Mula-mula perwakilan Agung Karya menjanjikan pengunduran waktu pembangunannya cuma seminggu. Tapi akhirnya dari minggu ke minggu yang lain, belum tampak juga pekerjaan dimulai. Kantor perwakilan selalu didesak-desak calon pemilik rumah. Baru April berikutnya tanda-tanda pembangunan kelihatan. Tapi tersendat-sendat. Dari beberapa keterangan diketahui, pihak pelaksana seperti CV Karya Sumber Laut, CV Dwi Karya dan CV Utama Karya tidak memperoleh droping uang secara wajar dari Agung Karya. Bahkan, karanya, ketiga pelaksana tadi sudah menghabiskan uangnya sendiri sampai Rp 22 juta. Pekerjaan pun dihentikan. Ada yang sudah mulai selesai menembok, ada yang baru selesai fondamen namun ada pula tanahnya yang digali-gali saja. Sudah tiga bulan ini pembangunan macet. "Umumnya kami sudah membayar angsuran untuk Juni, Juli dan Agustus," keluh Fadlan Ikhsan, guru PGA Lumajang. Berkali-kali mereka mendesak perwakilan Agung Karya. Tapi tak ada gunanya. Sebab Kepala Perwakilan Agung Karya sendiri, Samad Notohardjo, pensiunan mayor, tak bisa berbuat lebih dari kemampuannya. Apakah ia menipu rakyat? Samad membantah keras. "Saya sendiri merasa tertipu, " katanya. Diapun bercerita, sambil mengetengahkan usahanya yang telah mati-matian ikut mencari pimpinan pusar Agung Karya untuk memperoleh penyelesaian. Baru Maret lalu ia jadi orang Agung Karya. Diangkat sebagai Kepala Perwakilan, dengan tugas mencari peminat dengan imbalan memperoleh komisi 2% dari setiap angsuran nasabah. Dia memang mempercayai tawaran itu, terus-terang saja, karena melihat kop surat perusahaan yang mentereng. Cabangnya saja, katanya, banyak terdapat di Indonesia bagian Timur. Setelah didesak kanan-kiri Samad segera menjumpai apa yang disebut Kepala Wilayah III Agung Karya di Pasuruan. Dua-tiga kali pertemuan dengan pimpinan wilayah, drs. Sarifin Sukardjo BA, tapi yang diperoleh Samad hanya janji-janji melulu. Padahal uang Samad sendiri, katanya, sudah masuk ke proyek sampai Rp 300 ribu. "Setengah tahun pensiun saya ludes tak keruan," katanya. Berikutnya, tanpa tahu ujung-pangkalnya secara jelas, tahu-tahu Agung Karya mengeluarkan SK yang memindahkan Sarifin, Kepala Wilayah III ke Maluku. SK itu diketahui Samad diteken Dirut Agung Karya, Salehuddin,dengan alamat Jalan Opak No. 62 Surabaya. Kepala Wilayah III yang baru, Abdul Azis, pun ternyata tak berhasil membereskan proyek Lumajang. Bagaimana kalau ketemu langsung pak Dirut Oh, aturannya, katanya, kecuali seorang Kepala Wilayah tak ada yang boleh langsung keremu Dirut. Tapi Samad nekad. Dia naik bis ke Surabaya dan langsung menuju Jalak Opak. Di sinilah titik-titik kecurigaan sudah mulai boleh dilontarkan. Ternyata rumah di Jalan Opak itu sudah tak ada hubungannya dengan Agung Karya. Tak hanya Samad yang keceawa. Beberapa surat tuntutan dari nasabah lain juga sering diretour dengan catatan "pindah tanpa pemberitahuan". Samad belum putus asa. Dari Surabaya ia ke Malang, sebab katanya di Jalan Widodaren No. 5 Malang, Dirut Agung Karya dapat ditempuh Dari pagi hingga jam 2 malam Samad nongkrong di muka rumah itu. Tapi yang dicarinya tak nongol juga. Keesokan harinya barulah ada keterangan dari pembantu rumahtangga "Tuan lagi ke Jember." Samad mengejar ke Jember. Kosong. Terus dikejar lagi ke Bondowoso. Eh, katanya sudah ke Malang lagi. Pembantu di Malang terus mengatakan, tuannya sudah ke Pasuruan. Samad kembali ke Pasuruan. Kali ini ia tidak langsung mencari Salehuddin. Lebih dulu ia menenggak bir tiga botol di sebuah warung dan membungkus botol kosongnya dengan kertas. Barulah mencari Salehuddin. "Untungnya Dirut tidak ada di tempat. Kalau ada, tidak tahu lagi apa yang terjadi," katanya. Tujuh hari tujuh malam Samad keliling berbagai kota mencari penanggungjawab Agung Karya. Untuk menunjukkan dirinya tidak terlibat, kalau memang Agung Karya melakukan penipuan, Samad pun Oktober lalu kembali mencari Salehuddin ke Pasuruan, Malang, Jember dan Bondowoso. Tapi tetap saja hasilnya nol besar. Mempermainkan Kepala Wilayah III Agung Karya ternyata, seperti juga Samad, tak merasa ikut tanggungjawab sepenuhnya. Surat desakan Samad dibalas Abdul Azis dengan tak kalah kasihannya: "Bahkan kalau saudara hanya menghadapi nasabah di Lumajang dan tiga pemborong, saya menghadapi nasabah di seluruh Jawa Timur," begitu seperti yang dibacakan Samad kepada TEMPO. Agung Karya, demikian diperoleh keterangan dari Samad, memang mempermainkan para peminat rumah murah di Jember, Bondowoso, Pasuruan dan entah di mana lagi. Untuk menunjukkan ketidaktersangkutannya dengan ketidakberesan Agung Karya, Samad sendiri melaporkan kekecewaan nasabahnya kepada polisi. Bagi nasabah, sebenarnya, tak begitu dirugikan benar. Mereka baru mengangsur tiga bulan. Sedangkan, menurut Sutrisno, pegawai pemerintah daerah, "nilai bangunan yang macet sudah ratusan ribu rupiah." Pelaksana proyek tentu lebih merasa dirugikan. Samad sendiri masih menerima surat Agung Karya yang entah dikirim dari mana. Dia masih mendapat perintah untuk terus menagih uang cicilan dari nasabah. Tapi sejak September lalu Samad sudah tidak mau lagi melakukan penagihan -- toh tak ada nasabah yang percaya lagi. Surat Agung Karya kepada pemborong pelaksana lain lagi. Mereka disarankan agar terus membangun kemudian menerima uang cicilan dari calon pemilik rumah. Pokoknya, mereka boleh mengambil oper kontrak. Atau para nasabah sendiri boleh meneruskan membangun rumah masing-masing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus