Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Aib Pengawal Presiden

Komplotan perampok mobil di Jakarta ternyata dipimpin seorang anggota Pasukan Pengawal Presiden, dan melibatkan sedikitnya tiga tentara lain.

12 Januari 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JABATANNYA mentereng, anggota sebuah kesatuan yang sangat terpilih: Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Tapi sepak terjang Sersan Kepala Mulyani Wahid sungguh amat memalukan. Merampok. Laku minus Sersan Mulyani terungkap dari terbongkarnya perampokan di rumah Brigadir Jenderal Purnawirawan Soenarso Djayusman di Cilandak Tengah, Jakarta Selatan, yang terjadi Jumat dua pekan lalu. Siang itu, Soenarso, bekas duta besar untuk Malaysia, tiba-tiba dikepung enam orang bersenjata sesaat sebelum berangkat menuju lapangan golf. Mobilnya, sebuah Toyota Corolla Altis yang masih mengkilap, dirampas. Perlawanan kakek berusia 74 tahun ini sia-sia. Ia tersungkur bersimbah darah setelah paha kanannya, tanpa ampun, ditembak dua kali. Akibatnya, Soenarso harus dirawat intensif di rumah sakit hingga kini. Tak seperti biasanya, kali ini polisi gesit bertindak. Hanya empat hari setelah kejadian, Selasa subuh lalu, petugas membekuk Dedy Bogek, buron pencuri kendaraan bermotor di Jakarta Selatan. Menurut catatan polisi, Dedy, yang juga seorang bekas tentara berpangkat kopral, setidaknya pernah terlibat pencurian 40 kendaraan roda empat di kawasan Jakarta Selatan. Dari mulut Dedy jejak Sersan Mulyani diendus petugas. Dedy mengaku pernah membeli sepucuk pistol jenis FN seharga Rp 7 juta dari Mulyani. Lebih penting dari itu, Dedy, yang berprofesi sebagai tukang tadah?selain sekali-sekali juga ikut turun merampok?mengaku ditawari Mulyani sebuah Toyota Altis seharga Rp 15 juta tiga hari setelah perampokan di rumah Soenarso. Sontak aparat bergerak. Selang beberapa jam kemudian, petugas reserse beserta polisi militer datang mencokok Mulyani di Hotel Fidusia, Roxy, Jakarta. Dalam pemeriksaan, Mulyani menyebut nama anggota komplotannya. Beberapa di antaranya juga tentara. "Dia sendiri yang mengaku dan menyebut nama teman-teman yang berkomplot dengannya," kata Komandan Polisi Militer Daerah Militer Jakarta Raya (Pomdam Jaya), Kolonel Daud Lallo. Mulyani kini meringkuk di sel polisi militer Jakarta. Dari situ tim gabungan polisi dan Pomdam Jaya lalu menyergap Dani Setiawan alias Iwan di kediamannya di belakang Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat. Berbeda dengan sebelumnya, Dani rupanya tak gampang menyerah. Ia melawan. Terjadi adu tembak yang sengit. Tapi polisi rupanya lebih sigap. Dani pun mati roboh diterjang timah panas. "Di tubuhnya kami menemukan kartu tanda anggota Kostrad dengan pangkat letnan dua. Tapi, dari keterangan saksi yang sering melihatnya, dia sering menggunakan baju dinas dengan pangkat sersan dua," kata Kepala Satuan Serse Umum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Raja Erizman. Setelah itu, giliran Sersan Dua Satiman yang digulung. Satiman, anggota Dinas Hukum TNI Angkatan Darat, digerebek di tempat tinggalnya, tak jauh dari tempat persembunyian Dani. Ikut dicokok Musman, seorang warga sipil yang mengemudikan mobil curian milik Soenarso. Saat penangkapan, di rumah Satiman polisi juga menemukan surat tanda nomor kendaraan bermotor BMW merah milik Raina, seorang warga Lebak Bulus yang dirampok beberapa waktu lalu. Kawanan Sersan Mulyani memang merupakan jaringan pencuri mobil yang lama diincar polisi. Setahun belakangan ini, setidaknya sudah 41 kali mereka beraksi di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Biasanya, hasil jarahan lalu dibuatkan surat kelengkapan baru di Tasikmalaya, Jawa Barat, sebelum dijual ke penadah di daerah Jawa Tengah, seperti di Bumiayu atau Purwokerto. Mulyani sendiri kukuh membantah keterlibatannya dalam perampasan mobil Soenarso. Kepada pemeriksa, ia cuma mengaku baru dua kali "kerja sampingan" merampok mobil di kawasan Jakarta Selatan. "Sebelumnya dilakukan setahun yang lalu," ujar salah seorang penyidik. Apa pun alasannya, yang jelas, riwayat Sersan Mulyani, yang telah berdinas delapan tahun di Paspamres, kini sudahlah tamat. Seorang komandan Paspampres telah memastikan, "Habislah karier dia dengan perbuatannya itu." Ahmad Taufik, Nurlis E. Meuko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus