Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Berkedok wisatawan

Dua warga singapura sempat menukarkan sejumlah dolar palsu di beberapa money changer. keduanya ditangkap di mataram.

8 Mei 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INDONESIA bisa rugi besar jika ketamuan wisatawan semacam Yew Lee Leong alias Peter Yew dan Tan Yam Liat. Soalnya, dua warga Singapura berpenampilan dandy yang mengaku sebagai pengusaha perikanan laut ini membawa sekoper dolar palsu untuk ditukarkan di sini. Jumat dua pekan lalu, kedua wisatawan itu ditangkap polisi di Bandara Selaparang, Mataram, ketika bersiap-siap untuk kabur. Sebenarnya Yew, 43 tahun, dan Tan, 45 tahun, selama dua bulan terakhir sudah dua kali melancong ke Nusa Tenggara Barat. Pada paspor kedua orang itu tercatat tempat kedatangan mereka sebelum bertolak ke Nusa Tenggara Barat: Bandara Sekupang (Batam) dan Bandara Simpangtiga (Pekanbaru). Diduga, sejak itu pula mereka menukarkan dolar palsu di sini. Aksi Yew dan Tan berturut-turut: pada 17 Maret berhasil menukar US$ 35 ribu di Bank Rakyat Indonesia Cabang Bima, dan dua minggu kemudian menukar lagi US$ 100 palsu dan US$ 200 asli di tempat penukaran valuta asing PT Central Senggigi, Ampenan. Esoknya, Yew dan Tan datang lagi ke Central Senggigi untuk menukar US$ 25 ribu dengan uang rupiah. Mengingat jumlah dolar yang ditukarkan besar, Central meminjam alat pengecek keaslian uang. Ternyata, dolar itu, menurut seorang pegawai Central, tidak diragukan keasliannya, sehingga Yew dan Tan berhasil mengantongi Rp 51 juta lebih. Ketika Central menyetorkan dolar Amerika itu ke Bank Umum Nasional (BUN) Cakranegara, petugas bank tersebut menolak menerimanya. ''Kami tak berani memastikan dolar itu palsu, tapi kami meragukannya,'' kata petugas itu. Bos Central, Bintoro Agus, tak segera melapor ke polisi mengenai keraguan BUN terhadap uang itu. Tak mengherankan bila Yew dan Tan aman berkeliaran di Nusa Tenggara Barat. Nasib apes Yew dan Tan baru muncul Kamis dua pekan lalu ketika keduanya, yang menginap di Hotel Granada, Mataram, menanyakan tempat penukaran dolar kepada Zulkarnaen, sopir taksi yang mengantar keduanya berkeliling kota. ''Saya kasih tahu di Ampenan. Mereka menolak. Tapi akhirnya saya mengantar juga ke sana,'' kata Zulkarnaen. Di Ampenan, Zulkarnaen membawa mereka ke tempat penukaran mata uang asing Senggigi Artha Andy, yang bersebelahan dengan Central. Zulkarnaen ingin ikut masuk karena kenal dengan bos Senggigi, tapi mereka melarangnya. Dan rupanya Senggigi Artha Andy tidak bisa mereka kibuli. Seusai makan malam di Sunshine Restaurant Senggigi, mereka menyelipkan US$ 100 ke tangan Zulkarnaen dan minta dikirimi dua pelacur ke hotel. Esoknya, Zulkarnaen menukarkan dolar itu ke BNI Mataram, tapi ditolak karena ketahuan palsu. Zulkarnaen, yang sudah tahu bahwa Yew dan Tan pagi itu hendak berangkat ke Bima, segera ke Bandara Selaparang untuk mencegat mereka. Di bandara, Zulkarnaen menghubungi staf cabang PT Senggigi, yang lalu mengontak Bintoro dan polisi. Maka, ketika Yew dan Tan tiba di Bandara Selaparang, petugas keamanan, yang telah menunggu mereka, menggelandang kedua pengedar dolar palsu itu ke kantor polisi. Dari tangan Yew dan Tan, polisi berhasil mendapatkan barang bukti berupa sekantong plastik dolar palsu dan alat pengetes uang belum ketahuan digunakan untuk apa. Sepintas, dolar palsu yang ditukarkan Yew dan Tan mirip dengan aslinya. Maka, ketika dolar palsu yang ditukarkan di BRI Bima dites di BRI Mataram, uang itu masih lolos. Uang tersebut baru ketahuan palsu sewaktu diperiksa di Bank Indonesia Mataram. Di mana sumber uang palsu itu? Yew dan Tan mengaku mendapatkannya dari seorang Taiwan yang mereka jumpai di Batam. Polisi sudah melacak jaringan peredaran dolar palsu itu ke sana. Ardian T. Gesuri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus