Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Bila Sandiwara Gagal

Perampokan gaji pegawai dinas kesehatan deli serdang, yang dilakukan oleh bendaharawannya sendiri, untuk menghilangkan jejaknya, ia membakar mobilnya tapi malang ia sendiri mati terbakar. (krim)

19 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERAMPOKAN gaji pegawai sudah biasa sampai-sampai perampok menembak mati korbannya. Yang agak luar biasa terjadi di Medan. Semula orang menyangka bahwa dua orang "korban perampokan" dibakar hidup-hidup dalam mobilnya. Dan yang benar-benar luar biasa adalah ketika polisi mengumumkan bahwa kejadian tersebut hanya "sandiwara". "Ini kelicikan terbesar tahun ini," ujar Kadapol Sumatera Utara, Brigjen Pol. Drs. Soenaryo. Konyolnya si pelaku utama "sandiwara" membakar diri itu, Subari, meninggal dunia akibat luka-luka bakar. Sandiwara yang semula dikira perampokan sungguhan itu sempat membuat polisi kerja keras. Dua hari dua malam setelah kejadian itu, Senin pekan lalu, Kota Medan diblokade polisi. Sebab kawanan perampok dikabarkan, meninggalkan jip Willys BB 343 yang sedang terbakar di kebun tembakau milik PTP IX di Desa Amplas Binjai (sekitar 15 km dari Medan), setelah menggondol uang gaji pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdan sebesar Rp 37 juta. Bendaharawan kantor dinas itu, Subari (44 tahun), terbakar hidup-hidup bersama sopirnya, Iriyanto (35 tahun), di dalam mobil terkunci. Kedua "korban" berhasil keluar dari mobil yang sedang terbakar. Subari segera terjun ke parit yang ada di tempat kejadian. Sopirnya Iriyanto, yang kebetulan hanya terbakar sampai lutut, lari sejauh dua kilomeeer meminta pertolongan. Bantuan pertama diberikan oleh anggota Koramil terdel kat. Kedua korban dilarikan dengan sepeda motor ke Rumah Sakit Pirngadi, di Medan. Kejadian tersebut hampir meyakinkan polisi. Betapa tidak. Subari ternyata terluka parah akibat kebakaran itu. Apalagi ia sampai meninggal empat hari kemudian. Iriyanto, yang lukanya tak begitu parah, mula-mula menuturkan cerita kepada polisi seperti berikut. Siang itu, katanya, ia mengantarkan Subari ke Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara di Jalan Imam Bonjol untuk mengambil gaji karyawan sebesar Rp 37 juta. Di ruang tunggu bank itu, kata Iriyanto, Subari masih sempat membayar utang instansinya kepada seorang pemborong, H.P. Sijabat, sebanyak Rp 6,5 juta. Dari bank, Subari mengantarkan seorang bawahannya, Husni Lubis, ke Pelabuhan Udara Polonia. Dari situ, barulah mereka menuju kantor di Lubuk Pakam, sekitar 40 km dari Medan. Persis di lampu merah di depan Hotel Danau Toba, mobil berhenti. Dua orang pemuda, yang kata Iriyanto seperti orang baik-baik, meminta tumpangan. "Mobil kami mogok di depan sana, tolonglah kami sampai di tempat itu," konon ujar salah seorang pemuda yang membawa jeriken berisi bensin. Sampai di Jalan Sudirman, menurut Iriyanto, kedua pemuda itu mengeluarkan pisau. Iriyanto dipaksa mengemudikan mobilnya berkeliling kota sebelum akhirnya dipaksa berhenti di perkebunan tembakau. Setelah merampas uang gaji dari tangan Subari, begitu cerita dikarang, kedua perampok melarikan diri dengan sepeda motor bersama dua orang temannya yang sudah menunggu di tempat itu. Rapi, kan? Tapi, "sejak hari pertama saya sudah curiga, karena ceritanya tidak logis," ujar Kadapol Soenaryo. Sebab, menurut Soenaryo, selama berkeliling kota itu kok tidak ada perlawanan atau usaha apa pun dari "korban". Tapi Iriyanto, ketika ditanya polisi, tetap mencoba meyakinkan ceritanya. Namun polisi tidak gampang percaya. Ada kesan Iriyanto membikin-bikin agar sakitnya tampak gawat. Misalnya dengan cara mengerang-erang bila didekati polisi. Tapi segera diam begitu polisi membelakanginya. Yang lebih penting lagi, saksi-saksi yang melihat mobil terbakar, tidak melihat ada dua motor yang melarikan diri seperti yang diceritakan Iriyanto. Rabu pekan lalu, polisi sudah bisa memastikan apa yang disebut perampokan, ternyata sandiwara belaka. Sebab Iriyanto dan beberapa tersangka lainnya yang diperiksa, seperti Husni Lubis, belakangan mengakui kebenaran dugaan polisi. Ternyata pembakaran mobil disengaja Subari sebagai alibi. Toh kendaraan tersebut dibelinya dari lelang dengan harga hanya Rp 200 ribu. Hari itu, kata Iriyanto kepada TEMPO kemudian, Subari sendiri yang menyiramkan bensin ke mobilnya. Semula bensin itu ditumpahkan di jok mobil yang langsung mengenai pula celana Iriyanto. Setelah itu baru Subari menyiram dirinya sendiri. "Keluar kau cepat," perintah Subari begitu ia menyulut korek api. Iriyanto segera melompat keluar dengan api membakar ujung celananya. Malang bagi Subari - hal itu rupanya di luar skenario - ketika itu pula bensin yang masih tersisa tumpah ke badannya. Api segera menjilatnya sehingga Subari terpaksa pontang-panting terjun ke parit. Skenano sandiwara gila itu, dirancang di rumah Subari di Jalan Cemara, Medan. Menurut pengusutan polisi, selain tuan rumah dan Iriyanto, hadir juga Husni Lubis. Menurut Iriyanto, Husnilah yang merancang semua kejadian itu. "Saya hanya mengangguk-angguk mengiyakan," kata sopir itu. Untuk perannya sebagai pembantu, Iriyanto malam itu juga menerima bagian Rp 1 juta. Pohsi menduga, perbuatan nekat tersebut dilakukan Subari itu karena terdesak oleh utang-utang yang diperbuatnya. "Tapi sejauh mana dan berapa besarnya masih harus diselidiki, ujar seorang polisi yang mengusut kasus itu. Subari, yang mempunyai masa dinas selama 17 tahun, meninggalkan istri dan delapan anak yang masih kecil-kecil di rumah yang sederhana. "Kami tidak akan berhenti mengusut walau ia meninggal," ujar Dansatserse Komtabes Medan, Kapten Paimin A.B.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus