PERNAH dengar sekolah pengacara? Di Solo ata Akademi Pengacara
dan Penasihat Hukum Surakarta (APPS). Akademi yang berstatus
terdaftar ini baru mempunyai mahasiswa tingkat I sekitar 40-an.
Sebagian besar mahasiswanya terdiri dari pegawai negeri maupun
swasta, di antaranya 12 lurah. Para lurah itu selain dari Kodya
Solo, juga ada yang datang dari Kabupaten Suko aro dan
Wonogiri.
Akademi ini didirikan memang dengan niat memenuhi kebutuhan
pengacara siap pakai, kata Drs. R. Suroso, SH, direkturnya.
Karena itu mahasiswa di tingkat III akan lebih banyak
mendapatkan kuliah praktek. "Mereka akan diikutsertakan membela
perkara di pengadilan," tambah Suroso.
Gagasan awal APPS muncul ketika berlangsung Kongres Veteran 1967
di Jakarta. Salah satu hasil konres tersebut ialah dibentuknya
Biro Advokat dan Pengacara Yayasan Karya Dharma (yayasan
veteran). Biro inilah yang kemudian mempunyai gagasan mendirikan
akademi pengacara, yang baru terwujud pada 1979 di Solo.
Dipilihnya Kota Bengawan ini karena memang cabang Biro di
kawasan ini yang aktif.
Waktu itu APPS belum menerima mahasiswa tingkat I. karena
sarananya memang belum siap. Tapi untuk membuktikan bahwa
akademi ini bisa berjalan, waktu itu ditampung sejumlah sarjana
muda berbagi ilmu sosial. Dengan kuliah selama I tahun antara
lain meliputi berbagai cabang hukum, Pancasila dan tentang
peradilan, para mahasiswa sariana muda itu diberi kesempatan
mengikuti ujian pengacara di Pengadilan Tinggi Semarang. Menurut
Surono hasilnya tak mengecewakan, meskipun direktur ini tak
memperinci berapa yang lulus.
Berangkat dari "percobaan" itulah Suroso optimistis akademi ini
bisa berlangsung. Dan 1981 dimulailah menerima mahasiswa tingkat
I. Tersedia sepuluh dosen yang kebanyakan sarjana hukum anggota
Biro Advokat dan Pengacara kepunyaan veteran, ditambah seorang
pejabat dari Pengadilan Tinggi Semarang.
Tapi di mata Peradin Yogyakarta, APPS yang gedung kuliahnya
masih numpang di sebuah SMA swasta itu tidak jelas
juntrungannya. Memang Marhaban Zainun, SH, ketua Peradin
Yogyakarta mengakui, "bahwa fakultas hukum tidak mendidik
pengacara siap pakai." Tapi pendidikan setingkat akademi itu,
dinilainya tanggung. Maksudnya, pengacara yang praktek di
gedunggedung pengadilan selama ini biasanya bergelar sarjana
hukum. Dan akademi memang bukan mendidik sarjana. Selain itu ia
pun belum pernah tahu atau mendengar lulusan APPS pernah membela
perkara di depan pengadilan.
Yang lebih menyangsikan manfaat APPS ialah Mr. Soemarno P.
Wirjanto, advokat Solo yang terkenal itu. Bagi dia pengacara
tidak dibentuk di fakultas, apalagi di akademi. "Pendidikan bagi
calon pengacara itu ya, dilakukan di kantor advokat," katanya.
Bagi Soemarno, pengacara hanya bisa lahir berkat latihan,
langsung menangani suatu perkara, alias magang. Maka pendidikan
yang berambisi langsung melahirkan pengacara, bagi ketua LBH
cabang Solo ini, "ibarat pendidikan montir, tapi tanpa mobil
untuk praktek."
Toh, Suroso tetap melihat manfaat akademinya, terutama bagi
mahasiswa APPS yang lurah. "Orang kampung yang punya masalah,
sebelum mencari pengacara biasanya datang kepada lurahnya,"
tutur Mudjijono, 50 tahun, lurah dari Kelurahan Joyosuran, Solo.
"Maka kalau saya melek hukum saya bisa memberi petunjuk yang
tepat." Karena itu Lurah Mudjijono masuk ke APPS. Selain itu
minatnya masuk akademi ini juga didorong senngnya muncul perkara
warisan, soal sewa-menyewa tanah dan rumah di kelurahannya.
Dan kini Mudjijono yang telah berkuliah beberapa bulan, mengaku
sudah mendamaikan perkara-perkara perdata di kelurahanya.
Sebelumnya, ia hanya memberikan anjuran ke mana warganya harus
minta tolong. "Tapi kalau perkara pidana, tentu saja saya tak
berani," tambahnya.
Manfaat lain bila lurah memahami hukum dengan baik, diceritakan
oleh Marwoko, lurah dari Sukoharjo. "Dulu warga saya dipanggil
polisi saja, belum tahu urusannya sudah ketakutan. Kini berkat
penerangan saya, mereka tak lagi takut," katanya. Ia pun kini
merasa bisa mendamaikan perkaraperkara perdata di daerahnya.
"Tapi untuk memvonis tentu saya tak berani," tuturnya. Dan baru
untuk pak lurah, nampaknya sekolah itu dirasakan bermanfaat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini