Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT menyatakan bakal memperketat pengawasan setelah rezim Bashar Al Assad ditumbangkan kelompok Hayat Tahrir al-Sham atau HTS di Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala BNPT Komisaris Jenderal Eddy Hartono mengatakan pengetatan pengawasan ini dilakukan sebagai upaya mitigasi pergerakan kelompok radikal di tanah air agar tak berangkat ke Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami telah melakukan kerja sama dengan imigrasi untuk memantau pergerakan mereka," kata Eddy kepada Tempo pada Rabu, 25 Desember 2024.
BNPT, dia melanjutkan, juga terus melakukan monitoring melalui media sosial untuk mencegah diseminasi informasi kelompok radikal ini. Alasannya, media sosial menjadi kanal utama kelompok radikal dalam berkomunikasi.
Melalui sarana komunikasi tersebut, kata Eddy, kelompok radikal juga kerap melakukan perekrutan, pembaiatan, hingga pengumpulan donasi guna mendanai operasional gerakan mereka. Dengan pengetatan pengawasan ini, BNPT yakin gerak kelompok radikal dapat makin dipersempit, bahkan diputus jalurnya.
"Kami memastikan, Insyaallah tidak akan ada yang berangkah ke Suriah mengingat pengawasan kami tidak pernah berhenti tujuh hari kali 24 jam," ujar Eddy.
Pada Ahad, 8 Desember lalu, kelompok HTS yang dipimpin Abu Mohammed al Jolani, berhasil menumbangkan pemerintahan Bashar Al Assad di Suriah.
Bashar dan keluarga, dikabarkan lari ke Moskow, Rusia atas peristiwa tersebut. Kremlin disebut telah memberikan suaka bagi Bashar dan keluarga guna menghindari perburuan kelompok HTS.
Pengajar di Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh sekaligus pemerhati isu terorisme, Al Chaidar, mengatakan tumbangnya rezim Bashar di Suriah akan berimplikasi pada terjadinya mobilisasi kelompok radikal di Indonesia ke Suriah.
Menurut dia, kelompok radikal di Indonesia memiliki kerjasama yang kuat dengan kelompok HTS, sehingga memungkinkan akan terjadi mobilisasi ke Suriah setelah HTS berhasil menggulingkan pemerintahan Bashar Al Assad.
"Namun, tidak bergerak cepat, kemungkinan bergeraknya dalam lima atau sepuluh tahun mendatang," kata Al Chaidar.
Dalam pergerakannya, kata dia, kelompok radikal ini kemungkinan besar akan menerapkan strategi tersembunyi agar pergerakan tak terendus pemerintah.
"Strategi ini sudah disepakati bersama HTS sejak 2022, sehingga tak ada euphoria yang dilihatkan kelompok ini saat mengetahui HTS berhasil menumbangkan rezim Bashar di Suriah," ujar Al Chaidar.
Eddy Hartono menegaskan, BNPT akan terus melakukan monitoring guna mencegah terjadinya mobilisasi kelompok radikal ke Suriah. "Monitoring melalui media sosial dan intelijen terus kami lakukan untuk upaya pencegahan ini," kata Eddy.