BOS Panin Bank, Mu'min Ali Gunawan, agaknya bertambah pusing kepala. Kasus Bank Summa yang dia tangani belum juga beres, kali ini namanya tercoreng lagi dengan ulah menantunya, Tony Santosa, yang kini dinyatakan menjadi buron polisi. Menurut Kepala Subdinas Penerangan Umum Polri, Kolonel Hari Sutanto, polisi sudah mengontak wakil presiden Panin Bank itu atas keterlibatan Tony, dan mendapat jawaban bahwa ia pun tak tahu di mana menantunya itu berada. Tony Santosa, bersama Franky serta Nyonya Esther Roemiati, sejak dua bulan lalu menjadi buron polisi karena ibu dan dua anaknya itu diduga telah melarikan uang nasabah sebesar Rp 30 milyar. Mereka masing-masing sebagai pucuk pimpinan PT Gunung Sion, tempat menukarkan uang asing di kawasan pertokoan Duta Merlin, Jakarta Pusat. Esther sebagai komisaris, Tony Santosa direktur, dan Franky sebagai manajer. "Mereka diperkirakan masih dalam wilayah Indonesia, dan akan terus diburu," kata Hari Sutanto. Saat ini polisi telah mengamankan dua karyawan PT Gunung Sion, masing-masing Alex Gunawan (manajer) dan Tanti Mustikawati (karyawati). Alex diciduk di Surabaya 10 Oktober lalu, sedangkan Tanti dijemput di Bekasi seminggu kemudian. Keduanya kini dikenai status tahanan luar dan wajib lapor tiga kali seminggu. Modus operandi PT Gunung Sion, menurut Hari Sutanto, adalah menjual valuta asing Singapura dalam bentuk cek. Pembelinya adalah kalangan bisnis, termasuk pedagang valuta asing yang sering bepergian ke Singapura. Bulan-bulan pertama, cek Tat Lee Bank Ltd. Singapura atas nama Esther Roemiati dalam bentuk valuta asing Singapura tersebut memang lancar diuangkan, sehingga menarik kepercayaan langganannya. Apalagi para langganan tahu bahwa Tony Santosa adalah menantu bankir Mu'min Ali Gunawan. Untuk menarik pembeli sebanyak-banyaknya, PT Gunung Sion selalu menjual valuta asing Singapura jauh di bawah kurs resmi Bank Indonesia. Bahkan pada kurun waktu 1990-1991, perusahaan yang bergerak sejak 1987 itu mengobral valuta asing Singapura sampai 30 poin (30 sen) di bawah kurs resmi. "Diperkirakan, pada masa obral itulah PT Gunung Sion menarik banyak pembeli, sebelum akhirnya mereka kabur meninggalkan sejumlah cek yang ternyata tidak bisa diuangkan," kata Hari. Para pembeli yang tidak bisa menguangkan cek tersebut kemudian mendatangi PT Gunung Sion. Oleh perusahaan penukaran uang itu, cek kosong tersebut diganti bilyet giro Bank Buana Indonesia atas nama Tanti. Tapi lagi-lagi tak bisa diuangkan, karena tidak ada dananya. Lalu perusahaan tersebut mengeluarkan lagi cek Development Bank Singapura atas nama Lukas Winarno, yang juga tak dapat diuangkan. Pada waktu itu jajaran bos PT Gunung Sion sudah raib. Buntutnya adalah keresahan di kalangan para nasabah, yang diperkiran 50 orang itu. Mereka sadar telah tertipu. Namun, hingga kini yang melapor kepada polisi baru tiga orang nasabah dari Jakarta. Surya Lestari mengaku dirugikan Rp 2,6 milyar. Disusul pengaduan Kartikawati, yang merasa rugi Rp 1,7 milyar dan Suhardi Rp 700 juta. Ketika petugas mendatangi PT Gunung Sion, yang dijumpai cuma seorang operator dan seorang petugas keamanan. "Para pimpinan dan karyawan lainnya sudah pada kabur," kata Kepala Kesatuan Idik Bank Serse Polri, Letnan Kolonel Made M. Pastika, kepada TEMPO. Pada bulan itu juga rupanya PT Gunung Sion sudah menghentikan kegiatannya alias tutup. Dari pemeriksaan polisi, menurut Made, tersangka Alex Gunawan dan Tanti cuma orang suruhan Esther, dan bukan pelaku utama. Atas pertimbangan itu, dan pertimbangan keduanya tidak akan melarikan diri, kepada Alex dan Tanti dikenakan tahanan luar. Dalam pengakuan ALex dan Tanti kepada petugas, mereka cuma karyawan biasa dan tidak menyangka kalau si bos bakal melakukan penipuan dan kabur. Menurut mereka, pembukaan tiga rekening bank (Tat Lee Bank, Development Bank Singapura, dan Bank Buana Indonesia) adalah atas perintah Esther dan Tony. Gunanya, untuk menampung hasil transaksi valuta asing Singapura, sekaligus sebagai cek pembayaran kepada nasabah. Belakangan, kabarnya, dana yang masuk ke tiga rekening tadi, oleh Tony, ditransfer ke rekeningnya di United Overseas Bank. Akibatnya, ketiga rekening itu tak ada lagi dananya. Buntutnya, tentu para pemegang cek tersebut kelabakan tidak dapat mencairkan uangnya. Kenapa kasus penipuan ini bisa terjadi? Menurut Kolonel Hari Sutanto, peluang penipuan seperti itu muncul karena masyarakat gampang terkecoh sebagai akibat terlalu bernafsu ingin untung besar dalam permainan valuta asing. "Saya harap masyarakat dapat lebih waspada dan jangan gampang terkecoh," kata Hari. Ulah Esther ternyata pernah membuat Bank Summa cabang utama di Jalan Pintu Besar Jakarta sempat tercoreng. Ketika itu salah seorang karyawan Bank Summa, Hendry Tjahjadi, dikabarkan mengelabui nasabah Imelda Agustina, dengan personal check dari Tat Lee Bank yang diperoleh dari PT Gunung Sion. Belakangan cek senilai Rp 500 juta itu diketahui dananya kosong (TEMPO, 11 Januari 1992). Gatot Triyanto dan Taufik Alwie (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini