Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bukan hanya kasus Farida, nama Muhammad Yunus juga sering disangkutkan dengan proyek renovasi gedung Kedutaan Besar RI di Seoul yang diincar PT Sun Hoo Engi-neering. Proyek ini menjadi heboh ka-rena beredarnya ”surat sakti” Sekre-taris Kabinet Sudi Silalahi kepada Menteri Luar Negeri yang menyertai- proposal PT Sun Hoo. Di situ Sudi menulis: ”Presiden memberi petunjuk- agar Menteri merespons dan menerima -presentasi Sun Hoo untuk -ke-sem-patan pertama.”
Dalam proyek itu, Yunus disebut-sebut berperan menghubungkan PT Sun Hoo dengan Aziz Ahmadi, sekreta-ris- Sudi Silalahi, yang belakangan di-pecat Sudi. Kepada Tempo, Yunus tak mengelak soal keterlibatannya dan mengaku hanya ”mengantar sedikit-sedikit” perusahaan itu ke berbagai instansi. ”Tapi saya tak mempunyai kapasitas melakukan apa-apa,” kata-nya (Tempo, 5 Maret 2006).
Akhir Maret lalu, PDI Perjuangan juga menyatakan tim mereka menemukan fakta, pada Februari 2005 ada delegasi Indonesia yang pergi ke Korea untuk memaparkan usulan renovasi ke Kedutaan. Anggota delegasi itu, antara lain, Nursito dari Departemen Luar Negeri, M. Yunus dari Istana Wakil Presiden, dan Arizal dari kantor Sekretariat Kabinet. Tapi, di depan anggota DPR, Wirajuda menyatakan keberangkatan tim itu bukan atas nama pemerintah. ”Itu ini-siatif mereka sendiri,” ujarnya.
Yunus cukup dekat dengan Hamzah Haz. ”Waktu Pak Hamzah Haz menjadi wakil presiden, saya memang ke-rap melihat dia clunal-clunul (keluar-masuk) di kantor wakil presiden. Tapi, yang pasti, dia bukan pegawai resmi,” kata mantan Sekretaris Wakil Pre-siden Hamzah Haz, Priyono Tjipto-heriyanto, kepada Tempo.
LRB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo