AMIR Humuntal Lumban Tobing bertemu Fauzi di Singapura, Januari 1993. Fauzi yang warga Malaysia kelahiran Indonesia itu memperkenalkan Amir pada Kin Sin Lee. Ia ditawari menakhodai Tong Sern sebuah kapal barang. Tujuannya, mengangkut orang dari perairan Bangkok menuju Atlantik Utara. Namun, di tengah perjalanan, tiga orang menodongnya dengan pistol dan pisau. Di bawah ancaman itu, Amir dipaksa meng- arahkan kapal ke Amerika Serikat. Ia menolak. Akibatnya, Amir disekap di satu ruangan. Kemudian ia tidak tahu apa-apa lagi, sampai kapal itu kandas di perairan New York. Di penjara Kota New York, Jumat pekan lalu, nakhoda kapal Golden Venture (d/h Tong Sern) ini diwawancarai Sudirman Said, pembantu TEMPO di Washington DC. Berikut, petikannya. Anda diancam akan dibunuh? Ya, beberapa kali. Malahan saya dengar, kami enam awak Indonesia harus dihabisi untuk menghilangkan jejak. Begitu terdampar di New York, kami dipaksa nyebur duluan. Tak tahan dingin dan ombak besar, saya naik lagi. Ada seorang perempuan yang menolong saya. Apa mereka itu suatu sindikat? Saya kira ya, ini mendengar pembicaraan Kin Sin Lee dengan beberapa orang di darat. Tampaknya ini jaringan internasional. Bagaimana cerita nama kapal Tong Sern diubah menjadi Golden Venture? Itu atas perintah Kin Sin Lee di tengah jalan. Juga ia perintahkan Mualim Satu menukar bendera Panama dengan Honduras. Siapa, sih, Kin Sin Lee? Dia salah satu pemilik kapal itu, seperti saya baca di dokumen imigrasinya di Singapura. Apa kapal sengaja dikandaskan? Saya yakin, ya. Skenario pendaratan bisa lancar kalau saja ombak tidak besar dan suhu air laut tidak begitu dingin. Inilah yang menarik perhatian polisi penjaga pantai. Anda tahu ini melanggar hukum? Semula saya kira tak akan berurusan dengan penegak hukum mana pun. Sebab, saya tak akan merapat di pelabuhan. Saya ditodong agar mengarahkan kapal ke Amerika. Saya menolak, karena mereka semua tak punya paspor. Akhirnya, merekalah yang mengatur. Barang Anda ada yang dirampas? Ya, uang lebih dari US$ 3.000 dan sejumlah barang pribadi. Juga semua dokumen kapal mereka musnahkan. Bahkan alat-alat navigasi mereka hancurkan dengan martil. Sudah membaca tuntutan jaksa? Sudah. Tanggal 7 Juni saya diperiksa seharian penuh. Tapi setelah saya baca hasil pemeriksaan itu, 80% dari yang saya ceritakan tidak dimuat. Saya pikir saya akan dijadikan kambing hitam. Pernah terlibat kasus seperti ini? Tidak. Saya mulai berlayar sejak tahun 1974 setelah lulus kursus Mualim Pelayaran Terbatas. Sejak tahun 1979 saya tidak pernah lagi menakhodai kapal dalam negeri. Baru sekali ini saya sial. Ada pesan untuk keluarga di Tanah Air? Sampaikan salam untuk istri dan putri saya di Palembang. Saya mohon ada yang membantu mereka. Sudah beberapa bulan saya tidak mengirim uang. Ada uang sedikit, dirampas orang pula.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini