MERANTAU untuk menjadi bandit. Itulah tradisi unik di Kayuagung, ibu kota Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Para perantau itu dijuluki sebagai "duta keliling". Profesi bandit bukan aib. "Mereka malah bangga, dan menjadikannya idola," kata Letnan Kolonel John Lalo, Kepala Kepolisian Resor OKI. Dan marilah kita simak pengakuan Zulkifli, pemuda berusia 20 tahun, tamatan SMP. "Daripada menganggur dan direweli orang tua, kan lebih baik jadi duta," katanya polos. Idamannya adalah menjadi duta di negeri jiran seperti di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Berdasarkan data tahun 1992, jumlah "duta" dari Kayuagung yang berkeliling di negara-negara ASEAN itu tercatat sekitar 100 orang. Jika berangkat, mereka dilepas dengan upacara, diiringi doa dan pembacaan surat Yasin oleh seorang kiai. Lalu, ada khotbah keagamaan, misalnya, menjadi pencuri itu dilarang agama. Setelah itu, doa ditutup dengan permohonan kepada Allah agar selama merantau diberi rezeki nomplok, jauh dari bala, dan kembali ke kampung dengan selamat. Ceramah itu, tentu saja, hanya berlalu begitu saja. Ada beberapa kiai yang tidak tahu bahwa ia diundang untuk "merestui" sang duta. Tapi ada juga kiai yang tahu persis tugasnya. Toh kiai ini seolah menutup mata. Maklum, rezeki awal dan rezeki akhir -- jika usaha sang duta berhasil -- yang diterima kiai tidak kecil. "Saya tidak habis pikir, kok kiai sampai mendoakan orang menjadi bandit. Padahal, jangankan memberi doa, menghadiri upacara semacam itu haram hukumnya," kata Haji Jakfar Siddik, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten OKI, kepada Ali Fauzi dari TEMPO. Kendati tak ada jumlah yang pasti berapa banyak warga Kayuagung menjadi duta, dapat dirasakan bahwa duta keliling tak akan menyusut. Malah, orang seakan semakin menokohkan sang duta. Jika mereka pulang, misalnya, disambut hangat. Adanya show di setiap Lebaran, yaitu memakai sepatu, jam tangan, dan rokok buatan luar negeri, menjadi daya tarik tersendiri. Orang kaya baru selalu saja muncul. Pekan lalu, misalnya, seorang duta bernama Rosman, 40 tahun, pulang merantau naik sedan Toyota carteran. Dan persis di depan rumahnya yang mewah, pria bertubuh gempal ini disambut tetangganya. Dan layaknya seorang Robinhood, Rosman kemudian membagi-bagikan segepok rokok luar negeri. Citra duta keliling tambah berkibar dengan munculnya cerita bahwa sisa rezeki para duta dikocorkan untuk membangun rumah ibadah dan perbaikan lorong. Kantor Lembaga Adat Kayuagung juga pernah kecipratan Rp 750.000 dari Bangkok. "Saya tidak tahu pengirimnya. Daripada mubazir, kami manfaatkan untuk membeli peralatan kantor," kata Depati M. Rawas, 73 tahun, Ketua Lembaga Adat Kayuagung. Di mata Rawas, menjadi duta keliling itu sebenarnya adalah jalan pintas bagi orang malas yang ingin cepat kaya. Buktinya, beberapa waktu lalu, Pemda OKI pernah menyediakan 20 hektare tanah untuk para penganggur agar mereka mau mengolahnya sebagai lahan kebun singkong, dan industri keripik. Modal disediakan. Toh tak seorang pun berminat. Camat Kayuagung Saleh Taba termasuk yang getol menyadarkan generasi mudanya agar tak terimbas menjadi duta. Tiap minggu, misalnya, ia mendatangi kegiatan karang taruna di kelurahan. Selain itu, ia menerjunkan bekas duta untuk berdakwah. "Dakwah bekas bandit yang sudah bertobat biasanya efektif," kata Saleh Taba. Hasilnya memang tak pernah jelas. Mungkin, itu karena upaya Saleh ini ditandingi oleh daya pikat para bandit senior. Mereka memberi pinjaman lunak kepada calon duta sebesar Rp 3 juta tanpa jaminan, tanpa jatuh tempo. Pokoknya, jadilah bandit, lalu bayar kembali pinjaman itu menjadi Rp 5 juta. Kapan saja. Konon, sebelum diterjunkan, mereka mendapat pendidikan kilat agar lebih profesional. Ketentuan berapa lama seseorang menjadi duta tidak ada dalam aturan. Kalau ada duta mau pensiun, silakan. Duta yang telah pensiun antara lain Barda, 45 tahun. Ia tobat setelah tertangkap di Bangkok saat menggasak sebuah toko perhiasaan. Ia mendekam di penjara 1,5 tahun. Selesai menjalani hukuman, Barda pulang ke kampungnya. Ia membuka restoran dan rumah biliar dari tabungannya. Bekas duta lainnya adalah Turmuzi, 53 tahun. Ia kini aktif di DPRD OKI dari Fraksi Karya Pembangunan. Ia mengaku aktif sebagai duta hanya beberapa tahun, tapi hasilnya bisa dipakai melalang buana ke Eropa, Timur Tengah, dan Australia. Sialnya, selagi beraksi di Singapura, ia tertangkap. Masuk penjara dua bulan. Ia tak bersedia menjelaskan kasusnya. "Saya sudah bertobat. Semua itu masa lalu," kata Turmuzi. Menurut Turmuzi, duta keliling adalah bandit manusiawi. Buktinya, mereka pantang menganiaya, apalagi sampai membunuh orang. "Itu pantangan. Mereka punya kode etik," kata ayah tiga anak yang jebolan kelas II SMA itu. Selepas dari penjara, Turmuzi pulang kampung, dan dihormati oleh warga. Bahkan ia terpilih menjadi kepala desa. Setelah itu, pada pemilu 1992, ia diangkat sebagai anggota DPRD. Jalan menuju tobat sudah terkuak. "Saya di sini kan baik-baik. Menjadi bandit itu dulu, di luar negeri. Di sini kan tidak," katanya. Kini, ribut-ribut Operasi Bersih di Jakarta, dan di kota-kota lain, memberi efek besar. Menurut Rawas, banyak keluarga di Kayuagung yang mulai resah. Kiriman uang dari para duta di dalam negeri seret. "Boleh jadi mereka tidak berani melakukan kejahatan," kata Rawas. Keresahan lain: jangan-jangan keluarganya ada yang tewas didor polisi. Widi Yarmanto dan Hasan Syukur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini