Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan orang dari beberapa Desa di Lombok Barat, Kamis, 26 Desember 2024, mendatangi Mapolda NTB untuk melaporkan dugaan kekerasan seksual sesama jenis yang dilakukan seorang dosen berinisial LR. Korban kekerasan seksual LR yang mengampu di sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN), dan sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Mataram, diduga lebih dari sepuluh orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram, Joko Jumadi yang hadir mendampingi korban mengatakan bahwa dugaan kekerasan seksual yang dilakukan LR sudah diterima LPA beberapa hari yang lalu, "Semula ada anggota kami yang mendapat percobaan kekerasan seksual yang dilakukan oknum dosen itu," kata Joko, Kamis, 26 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat laporan tersebut tegah didalami, kemudian muncul laporan dari warga terkait kekerasan seksual dengan pelaku yang sama, "Rabu Malam kami mendapat laporan ada 10 korban kekerasan seksual oleh pelaku yang sama." papar Joko, "Para korban melaporkan mendapat kekerasan seksual fisik, belum sampai ke sodomi."
Dari penuturan para korban, Joko menyebut bahwa LR menjerat korbannya dengan cara manipulatif, seperti modus yang diduga dilakukan oleh IWAS, seorang difabel yang diduga melakukan kekerasan seksual fisik kepada belasan korban, "Modusnya mirip, pelaku dijanjikan akan disembuhkan, lalu diminta melakukan ritual, memegang alat kelaminnya, manipulasi psikologis" kata Joko.
Joko menjelaskan untuk sementara ada tiga orang korban yang membuat laporan polisi, seorang korban saat ini tengah dimintai keterangan di LPA Mataram, sementara korban lainnya menyusul untuk didalami, "Dugaan korbannya lebih dari sepuluh orang," katanya.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Sasaka Nusantara, Lombok Barat, selaku juru bicara warga mengatakan bahwa saat ini terdapat sepuluh orang mahasiswa yang melapor sebagai korban kekerasan seksual yang dilakukan LR. Menurut Sabri sepuluh orang korban tersebar di beberapa desa di Lombok Barat.
Sabri menyebut, berdasarkan penuturan para korban, pelaku mendoktrin korbannya dengan dogma agama. "Pelaku mengaku keturunan nabi, dia mengatakan ada ritual zikir zakar, bahwa semua anggota tubuh kita berzikir termasuk zakar atau kemaluan," katanya.
Selain itu, LR juga mengaku mengetahui bahwa korbannya memiliki penyakit, "Untuk menyembuhkan penyakit itu harus diadakan mandi suci, mandi bersama korban dan pelaku." jelas Sabri.
Sabri mendesak aparat kepolisian segera menangkap pelaku, karena dikhawatirkan massa yang marah bisa bertindak sendiri, "Masyarakat sudah geram, bahkan mereka berencana menjemput paksa pelaku," kata Sabri.
Kabid Humas Polda NTB, AKBP Muhammad Kholid yang dikonfirmasi Tempo melalui pesan WhatsApp, membenarkan adanya laporan warga atas dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oknum dosen LR. "Laporannya baru diterima hari ini dan masih dalam pemeriksaan," kata Kholid.
Kholid belum bisa memastikan apakah terduga pelaku kekerasan seksual bisa segera ditangkap sesuai desakan warga, "Dirkrimum saat ini masih dilakukan pemeriksaan dan pendalaman terkait laporan itu," katanya.