Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tangerang - Massa warga Cibogo, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, mendatangi Markas Polsek Kelapa Dua pada Kamis malam 25 Januari 2024. Warga meminta polisi menutup permanen kantor debt collector yang ada di wilayah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, mereka terlibat bentrokan dengan para anggota debt collector itu. Kejadian ini disebut-sebut mirip dengan bentrokan pada 9 Januari lalu antara para penagih utang yang bekerja dengan menarik paksa kendaraan pribadi para korbannya itu dengan warga di Bojong Nangka, juga di Kecamatan Kelapa Dua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami mendengar warga seperti tadi spontan menolak ada matel (mata elang, sebutan untuk debt collector penarik kendaraan) di wilayah Kelapa Dua. Itu omongan warga. Kami pengen harmonis ga ada keributan," kata Aris, Ketua RW setempat, saat ditemui di Mapolsek Kelapa Dua, Jumat dinihari, 26 Januari 2024.
Adapun bentrokan pada Kamis malam diawali dengan kronologi kedatangan sekelompok warga ke kantor para debt collector itu. Aris mengaku ikut di dalamnya dan menyatakan hanya ingin memediasi persoalan penarikan kendaraan jenis sepeda motor milik warganya.
Aris menuturkan, warganya itu membuat laporan ke RT sebelum sampai kepada dirinya. "Jadi kami datang ke situ mau mediasi sebenarnya. Ngobrol baik-baik, kami tidak sampai melakukan kekerasan," kata dia
Namun, lanjut Aris, mediasi tak berhasil membuat dua belah pihak bersepakat. Menurut Aris, kelompok debt collector itu mengambil senjata tajam dan langsung membabi buta. "Otomatis kami bubar, karena kami tangan kosong," kata dia.
Aris mengatakan, bukan hanya warganya yang ada di lokasi. Namun terdapat masyarakat dari wilayah lain yang datang secara spontan. Dia mengaku menginstruksikan semua warga yang ada untuk mundur demi mencegah jatuh korban.
"Itu yang datang bukan warga saya semua. Itu ada yang kena batu sama kaya pisau, cuma ga luka dalam," ujarnya. Akibat kejadian ini, Aris menambahkan, setidaknya beberapa orang warganya menjadi korban. Mereka terkena lemparan batu dan sabetan senjata tajam. Satu di antaranya adalah ketua RT.
Meski demikian, Aris menyatakan enggan melaporkan penyerangan itu bersama tuntutan penutupan kantor itu ke polisi. Alasannya, khawatir terjadi dendam. "Ini kami laporan damai ya, tidak mempermasalahkan. Yang penting warga saya itu tidak ada korban ke depannya dan tidak ada dendam," ujarnya.
Kapolres Kota Tangerang Selatan AKBP Ibnu Bagus Santoso enggan berkomentar banyak ihwal kejadian tersebut. "Kami selesaikan dulu semuanya, nanti di Polres saja sekalian," kata dia.