BOYMAN, 42, tampak gelisah sekali ketika lepas magrib istrinya, Rukiyah, belum kembali. "Coba kau cari ke mana ibumu, sudah malam begini belum juga pulang," katanya kepada anaknya, Darmawati, 12, Anak itu menghubungi tetangga. Karena sampai malam Rukiyah, 35, tetap belum kembali, penduduk Desa Rantau Pauh, Aceh Timur, itu mencari beramai-ramai. Semak belukar, kebun, sela-sela pohonan, dan sepanjang tepian sungai dijelajahi. Tapi Rukiyah tak bisa ditemukan. Esok harinya, barulah Boyman menemukan istrinya itu di kebun kopi milik tetangganya, dalam keadaan sudah tak bernyawa. Tubuhnya penuh berlumur darah, yang keluar dari luka-luka menganga hampir di sekujur tubuhnya. Jelas, Ibu tiga anak itu tewas akibat pembunuhan. Pembunuhnya baru diketahui pekan lalu, atau seminggu setelah kejadian. Dan dia tak lain Boyman sendiri. "Sungguh, kami tak menyangka dia yang melakukannya. Selama ini dia kelihatan baik-baik saja dengan keluarganya," tutur seorang tetangga dengan nada heran. Boyman kini ditahan di Polsek Kejuruan Muda yang dikomandani Letda Williardy Wijar. Semula, Boyman memang tak masuk hitungan sebagai orang yang layak dicurigai. Tak ada tanda-tanda bahwa dia habis melakukan pembunuhan. Hampir tak pernah pula tetangga mendengar Boyman bertengkar seru dengan istrinya, apalagi sampai memukul. Yang sempat dicurigai, justru Bahrum, seorang pria yang tinggal di Kualasimpang. Lelaki itu dulu, sekitar 17 tahun lalu, bekas suami Rukiyah. Karena tak mempunyai anak, pasangan itu bercerai. Semenjak itu, Bahrum seperti kehilangan keseimbangan. Ia tak pernah menikah lagi sampai sekarang. Ia sering terlihat menyendiri. Atau, kalau bepergian, ia membuat takut banyak orang karena selalu berbekal senjata tajam. Banyak yang terpaksa menghindar bila Bahrum lewat di suatu tempat. Kecurigaan terhadapnya bertambah karena, konon, pada hari kejadian ia lewat di Desa Rantaupauh. Tentu polisi belum berani menangkapnya. Sebab, belum ada bukti atau petunjuk bahwa Bahrumlah si pelaku. Sementara polisi dan penduduk sibuk menduga-duga siapa si pembunuh, Boyman ikut sibuk dengan pergi menemui seorang dukun. Kepada dukun itu Boyman berlagak mencari tahu siapa kira-kira pembunuh istrinya. Ia diberi sejumput beras yang sudah dimantrai, dan si dukun menyuruh agar menebarkannya di sekitar tempat mayat ditemukan. Nanti, kata dukun, "roh" korban akan datang dan memberitahukan, lewat mimpi atau kesurupan, siapa yang menghabisi jiwanya. Tapi, bukan karena celoteh "roh" istrinya kalau kemudian Boyman mengaku sebagai pembunuh. Ceritanya, dia dipanggil polisi untuk dimintai keterangan karena ada beberapa hal yang terasa janggal. Antara lain, dialah yang pertama-tama menemukan jenazah istrinya. Lalu, sesaat sebelum ia menemukan korban, ada yang melihat Boyman mengambil setumpuk daun pisang - yang biasa dikumpulkan istrinya - dan menjualnya kepada langganan Rukiyah. Ada lagi informasi, di malam kejadian, ia seperti ogah-ogahan ikut mencari istrinya. Lagi pula, "Kok, dia begitu cepat memberi tahu bahwa istrinya telah hilang, padahal hari baru mulai gelap," tutur tetangganya seperti didengar polisi. Informasi lain: belakangan itu Boyman cekcok dengan istrinya yang marah karena lelaki itu sering meminta uang untuk membeli lotre buntut dan minuman keras. Sewaktu Boyman mulai tersudut oleh beberapa pertanyaan, akhirnya dia mengakui perbuatannya. "Saya mengaku terus terang, semata-mata karena petunjuk Tuhan," ujar Boyman kepada Makmun Al Mujahid dari TEMPO, yang sempat menemaninya saat akan dilakukan rekonstruksi, pekan lalu. Dalam rekonstruksi, Boyman memperagakan bagaimana ia mula-mula memukul tengkuk istrinya dengan kayu. Lalu, istrinya lari dan dijatuhi parang bertubi-tubi. Setelah itu, ia membuang parang dan pakaiannya yang penuh darah ke dalam sungai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini