JABATAN sebagai abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, ternyata, masih diminati banyak orang. Subronto, 60, yang mengaku bergelar Raden Mas Yohanes (RMY) dengan mudahnya menipu mereka yang berminat mengabdi di Keraton. Subronto telah memalsu stempel Keraton dan memalsu tanda tangan K.G.P.H. Mangkubumi (putra Sri Sultan HB IX), G.B.P.H. Hadiwidjojo (adik Sri Sultan), dan K.R.T. Danuhadiningrat (bupati pangageng tepas darah dalem - yang membawahkan para abdi dalem). Hari-hari ini Subronto diadili di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Menurut jaksa, ia sedikitnya telah menipu tiga orang korban untuk mendapatkan sejumlah uang. Sumpeno, 62, salah seorang korban, mengaku sudah menyerahkan uang sekitar Rp 0,5 juta. Ia dijanjikan bisa menjadi abdi dalem yang misuwur (masyhur) dan memperoleh sebidang tanah mager sari yang menjadi haknya. Sumpeno percaya karena setelah menyerahkan uang, yang diangsur beberapa kali, ia mendapat semacam SK Pengangkatan - yang ternyata palsu. Ia mulai curiga ketika Agustus 1984 lalu, Subronto yang tutur katanya amat halus seperti lazimnya keluarga bangsawan membawa sepucuk surat yang seolah berasal dari K.G.P.H. Mangkubumi. Isinya menyebutkan bahwa si pembuat surat hendak meminjam Rp 25 ribu. Beberapa waktu kemudian, Subronto kembali membawa surat yang ditanda-tangani G.B.P.H. Hadiwidjojo, yang berniat meminjam 40 kg beras. Sumpeno berpikir, mungkin dirinya sedang dites. Maka, ia meluluskan permintaan itu. Tapi belakangan dia sadar telah kena tipu, setelah ia tahu bahwa di Keraton tak ada yang bernama R.M.Y. Subronto. Korban lain, Sajiyo, 58, juga kena Rp 0,5 Juta. Kepadanya, Subronto menjanjikan titel raden dan tanah mager sari. Seorang anaknya malah dijanjikan bisa bekerja di Keraton Yogya, yang dikatakan akan dipugar. Korban penipuan umumnya tertarik menjadi abdt dalem, meski penghasilan yang bisa didapat kecil saja, cuma Rp 3.800 sebulan. "Tapi abdi dalem bisa mendapat ketenangan jiwa dan berkah dari Tuhan. Sebab, Sri Sultan gemar tirakat," kata Sumpeno. K.R.T. Danuhadiningrat menyatakan, stempel Keraton dan tanda tangan yang tertera dalam surat yang dibawa-bawa Subronto, jelas palsu. Stempel yang asli, katanya, di samping berlambangkan keraton, juga ada tulisan Jawa di sekelilingnya. Keterangannya itu dikuatkan K.R.T. Puspodiningrat. Bahkan, katanya, sebelum G.B.P.H. Hadiwidjojo meninggal pernah mengatakan bahwa tanda tangannya ada yang memalsukan. Semacam firasat, barangkali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini