ANAK itu meriang, anusnya nyeri, dan telah beberapa hari sembelit. Tak tega hati membiarkan anaknya terus mengeluh, Sudirman membawa bocah itu ke dokter. Ternyata, sekeliling anusnya lecet dan memar. "Dubur anak itu koyak karena kemasukan benda tumpul," begitu diagnosa dokter. Maka, si anak, 14, pun mengaku telah "diperkosa" oleh Badrun, 36. Pemerkosa tak asing bagi warga Patemon, Kecamatan Tandes, Surabaya, tempat remaja itu tinggal. Melalui kasak-kusuk pengakuan kepada ayahnya menyebar di antara warga Patemon. Dan pengusutan pun dilakukan. Astaga, ada dua puluh bocah yang mengaku menjadi mangsa pria yang selalu mengenakan serban itu. Padahal, selama ini Badrun dikenal sebagai haji yang saleh, tabib yang pintar, dan amat dermawan. Polsekta Tandes akhirnya turun tangan, Badrun ditangkap 4 April lalu di rumahnya, Perumnas Balungsari. Badrun muncul di Patemon sebagai tabib dengan spesialisasi penyakit perut. Banyak yang merasa sembuh sekadar diberi jampa-jampi oleh pria berpengawakan sedang dan berkulit kuning bersih ini. Tentu, namanya makin harum saja di Patemon, dan kenalannya makin banyak. Dengan reputasinya itu, ia, yang biasa dipanggil dengan sebutan Pak Haji ini, leluasa memboyong calon korbannya ke rumahnya, sepuluh kilometer dari kampung itu, dengan Vespa PX 150 warna putih miliknya. Dan orangtua para bocah itu merasa senang bila anaknya pergi bersama Badrun. "Biar diajari mengaji," begitu harapan para orangtua itu. Apalagi, sepulang dari Balungsari, bocah-bocah itu selalu menenteng oleh-oleh ke rumah. Alhasil, seorang anak usia 11, salah satu bocah itu, empat belas kali "digauli" oleh "haji" majenun itu. Rupanya, Badrun punya cara unik untuk menundukkan calon korban. Sebelum hajatnya dilakukan, bocah-bocah itu disuguhi tontonan film Santet, yang diputar melalui video. Seusai film horor itu diputar, si anak disuruh masuk ke kamar tidur. Dan, di situlah peristiwa keji itu berlangsung. Menolak "Takut, Pak Haji mengancam," ujar seorang anak, korban yang lain. Penolakan, tutur siswa kelas V SD ini, berarti celaka, mati dengan muka tercabik seperti adegan dalam film itu. Sebaliknya, bila ia menurut, Badrun menjanjikan hadiah, "Kalau sudah tiga puluh kali, saya akan dibelikan sepeda balap," kata anak itu, yang pernah dihadiahi jaket dan baju ini. Bocah ini sudah empat belas kali. Secara terus terang Badrun membeberkan praktek homonya ini, yang dimulai sejak November tahun lalu. Korbannya, menurut pengakuan pedagang emas dan batu akik ini ya melulu anak-anak Patemon itu. "Demi Allah hanya itu," ujarnya kepada Choirul Anam dari TEMPO. Badrun, anak pertama dengan lima adik perempuan ini, merasakan kelainan seksualnya sejak kanak-kanak "Saya tak pernah tertarik kepada wanita," katanya, lirih. Oleh sebab itulah, ketika keluarganya mendesak agar cepat menikah, Badrun malah kabur dari Martapura ke Surabaya, 1983. Kini, ia menyesal. "Saya ingin minta maaf kepada warga Patemon," ujarnya. Dan penangkapan dirinya dirasa sebagai peringatan "Saya berterima kasih kepada polisi," kata Badrun. Akan halnya ke-20 korban itu, 8 April lalu dibawa ke RSU Dr. Soetomo, untuk menjalani tes darah. Alhamdulillah, semua korban dipastikan tidak terjangkiti AIDS, penyakit yang salah satu penyebabnya adalah hubungan seks lewat anus - yang baru-baru ini dihebohkan berjangkit di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini