SASARAN yang berhari-hari ditunggu polisi akhirnya muncul juga. Kunto Condronegoro alias Rudi mencogok di rumah kontrakannya di daerah Karang Anyar, Jakarta Pusat. Selama ini, rumah itu ia jadikan sarang perampok. Lelaki berusia 38 tahun yang berperawakan sedang itu, menurut polisi, gembong perampok yang sudah lama diintai petugas. Dalam keterangannya kepada polisi, Rudi mengakui bersama komplotannya ia telah melakukan beberapa kali perampokan, dengan sasaran terutama rumah-rumah mewah. Dengan dibekuknya Rudi, terkuak pula serentetan kasus perampokan di rumah mewah di Jakarta dan Surabaya. Mirip hadiah Lebaran untuk masyarakat, polisi juga sekaligus meringkus dan membongkar kasus perampokan 64 kg emas di Surabaya yang terjadi bulan Desember tahun lalu. Mereka ditangguk tak lama setelah gembong perampok spesialis rumah orang berduit itu dibekuk. Dua dari tiga anggota yang tertangkap bulan silam adalah yang merangkap sebagai anggota komplotan perampokan emas di Surabaya, yaitu Sukiman alias Empek, 33 tahun, tertangkap di daerah Bogor, dan Pepen alias Bunyamin, 28 tahun, dibekuk di Karang Anyar, Jakarta, tanggal 20 Maret lalu. Rudi, Sukiman, dan Pepen kemudian diboyong ke Surabaya, Ahad pekan lewat. Kasus pencurian emas yang menimpa pengusaha emas Sutarto alias Kwee Soen Djing, 41 tahun, di Jalan Manyar Kertoarjo, Surabaya, bahkan sampai dikategorikan Kapolda Jawa Timur sebagai kejadian terbesar tahun 1991. Aksi pada subuh itu diduga beranggotakan tujuh orang. Mereka bersenjatakan kelewang. Dua orang menunggu di jalan. Sisanya membobol gembok pagar, mencukil kaca nako, dan menggunting jeruji. Kawanan perampok itu masuk ke rumah gaya Spanyol berlantai dua itu ketika penghuni rumah masih terlelap. Rudi bersama rombongannya menguras isi rumah itu berupa empat kopor dan satu kardus besar berisi 64 kg emas serta berbagai perhiasan dagangan Sutarto. Mereka juga menggondol barang berharga seperti televisi, video, telepon genggam, laser disc, arloji, dan sejumlah jam dinding. Kerugian tuan rumah ditaksir Rp 1,5 milyar. Penghuni rumah ketika itu tidur di kamar lain, dan terbangun setelah komplotan lari dengan dua mobil. Sutarto hari itu segera melapor kepada polisi. Polda Jawa Timur dengan sigap menurunkan Tim Siluman dan Unit Khusus Resimen Mobil untuk memburu komplotan tersebut (TEMPO 14 Desember 1991). Mengetahui diburu polisi, komplotan ini kabur ke Jakarta. Menurut Mayor Iskandar Hasan, Kepala Unit Pencurian Polda Metro Jaya, kelompok perampok itu mengaku bahwa emas yang mereka bawa hanya 30 kg. Yakni, berupa perhiasan dan setelah dilebur beratnya berkurang 10 kg. Jumlah itu diketahui dari dua penadah emas yang sudah diamankan petugas. "Pemiliknya juga mengakui emasnya memang tidak murni semua, tapi ia tetap mengklaim emas yang mereka curi itu 64 kg," kata Iskandar. Kini menurut perkiraannya, emas leburan itu tinggal 1 -- 2 kg. Kelompok Rudi ini, menurut Iskandar, mengaku telah melakukan perampokan di 15 tempat di Surabaya dan Jakarta. Namun, baru di tujuh tempat yang dapat dibuktikan oleh petugas, yaitu satu di Surabaya dan enam lainnya di Jakarta. Dalam beroperasi mereka menggunakan mobil, bersenjatakan golok, dan clurit. Golok dan clurit mereka pergunakan bila ada anggota rumah yang melawan. Soal tuduhan mencuri emas seberat 64 kg itu, Rudi membantah. "Kami hanya membawa 29 kg. Kalau benar 64 kg, saya pasti sudah bisa lari ke luar negeri," katanya kepada wartawan TEMPO, di ruang pemeriksaan Polres Surabaya Timur. Lelaki tamatan SMA itu mengaku telah melebur emas curian tersebut di Jakarta, dan laku Rp 72 juta. Uang itu dibagi-bagi, untuk Sukiman Rp 10 juta, dua anggota lainnya masing-masing Rp 15 juta, dan sisanya ia kantongi. Duit jin dimakan setan, kata orang, maka panen rampokan itu habis menguap hanya buat berfoyafoya. Rudi yang berasal dari Surabaya itu pernah lima tahun mendekam di LP Cipinang Jakarta. Ia terlibat perampokan di rumah artis Ade Irawan. Setahun kemudian, Juni 1991, ia kabur. "Saya lari karena sudah kangen pada keluarga," kata bapak satu anak itu. Namun, sekeluar dari penjara Rudi bahkan membentuk kelompok baru. Sasarannya: rumah mewah di Jakarta dan Surabaya. "Waktu ditangkap, kami sedang menyiapkan perampokan di Jakarta," kata Rudi. Menurut Rudi, dalam aksi perampokan itu ia berperan sebagai sopir, tukang congkel pintu, dan jendela. Ia menolak disebut sebagai pimpinan kelompoknya. "Saya memang yang dituakan, tapi bukan pemimpin mereka," kata lelaki yang mengaku suka judi, mabuk, dan gemar main perempuan itu. Berdasarkan info Rudi dan kawan-kawannya inilah polisi kemudian menangkap beberapa penadah. Polresta Surabaya Timur lalu menyita sejumlah barang bukti berupa perhiasan 5,5 ons emas, dan dua bungkus liontin American Diamond. Sedangkan Polda Metro Jaya menyita sejumlah barang bukti, antara lain mobil Lancer Mitsubishi, barangbarang elektronik, jam tangan merek Rolex dan Christian Dior. Dengan tertangkapnya mereka hapus pula teka-teki yang selama ini berembus di masyarakat. "Sebelum ini banyak dugaan perampokan di rumah Sutarto itu hanyalah sandiwara," kata Kapolresta Surabaya Timur, Letnan Kolonel Edhi Susilo. Gatot Triyanto, Kelik Nugroho, dan Sri Wahyuni
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini