Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Hanyut Terbawa Mimpi

Polisi segera melacak rekening Ramli Araby. Dana pemilu PPP ikut terhanyut.

8 September 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANGIN sejuk yang berembus dari kebun PT Qurnia Subur Alam Raya di Sukabumi, Jawa Barat, sudah berhenti. Ribuan investor yang menanam duit sekitar Rp 467 miliar telah terjaga dari mimpi-mimpi yang indah. Pun Tosari Wijaya, Ketua Partai Persatuan Pembangunan, yang menaruh duit paling besar, sekitar Rp 6,5 miliar. Walau gundah, dia masih berusaha tabah. "Ini risiko berusaha," katanya. Keuntungan 80 persen setahun seperti dijanjikan Ramli Araby, bos perusahaan agrobisnis itu, tak pernah terbukti. Buntutnya, sang presiden direktur bersama delapan pengurus teras PT QSAR ditahan polisi sejak dua pekan lalu. Nasib Tosari? Dia mesti rela menjadi bahan pergunjingan kalangan politisi partai berlambang Ka'bah itu. Soalnya, seperti diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal PPP Djuhad Mahja, duit yang ditanam Tosari itu sebetulnya milik partai. Selama ini, dia memang menjadi Ketua Tim Dana PPP yang bertugas mengelola duit partai. Dengan diputar di dunia bisnis, diharapkan dana itu sudah menggelembung besar menjelang Pemilu 2004 nanti. Geger di Partai Ka'bah baru reda setelah Tosari menyatakan dirinya akan bertanggung jawab atas investasi yang ditabur di Alam Raya. Hanya, dia juga menyebut bahwa pemimpin partai sebetulnya telah merestui langkah yang ditempuhnya. Duit yang dikelolanya bisa ditaruh di bank sebagai deposito dan bisa pula digunakan untuk membeli saham. Yang penting halal. Jadi, "Ini urusan saya dan partai," ujarnya. Tosari tak mau menjelaskan berapa persisnya duit yang dia tanam di PT QSAR. Yang jelas, Wakil Ketua DPR ini pernah menitip modal kepada perusahaan ini sebanyak tiga kali. Bahkan istrinya, Matsusoh Tosari, turut mengucurkan uang sampai Rp 750 juta lewat Alam Raya Cabang Probolinggo, Jawa Timur. Adanya kucuran dana dari Tosari itu dibenarkan oleh Ramli Araby. Kata lelaki berbadan subur ini, dana tersebut diterimanya langsung dari Tosari Wijaya sekitar Mei 2002. Tapi, dia menegaskan, investasi itu bukan atas nama PPP, melainkan atas nama Tosari pribadi. Jumlahnya cukup besar. Sayang, Ramli menolak menyebut angka. Mungkinkah duit itu juga berasal dari Wakil Presiden Hamzah Haz? Ramli membantahnya. Namun dia juga meng-aku tak pernah mengurus asal-usul duit investor yang mengalir ke kebunnya. Cuma, semua keterangan Ramli ini susah bisa dicek oleh polisi karena sebagian data lalu lintas uang telah rusak. Yang pasti, menurut ketua tim penyidik kasus PT QSAR, Komisaris Besar Polisi Sunaryono, sejauh ini polisi belum punya rencana memeriksa Hamzah Haz atau Tosari Wijaya. Polisi juga belum berniat meminta keterangan dari Ketua MPR Amien Rais, yang pernah berkunjung ke Alam Raya. Padahal banyak kalangan menilai kunjungan Hamzah dan Amien ke PT QSAR beberapa waktu silam telah menjadi semacam iklan yang mengecoh para investor. Sejauh ini, kata Sunaryono, polisi berkonsentrasi memburu uang yang tersebar di 19 rekening milik Ramli. Dia mengharapkan pekan ini pihak bank segera menyerahkan laporan tercetak dari tiap rekening itu. Penyelidikan ini penting untuk membuktikan jumlah uang sebenarnya yang dimiliki bos PT QSAR itu. Lewat rekening itu diharapkan juga bakal terlacak ke mana larinya dana dari investor. Walaupun sudah 40 orang diperiksa—19 investor dan 21 karyawan—soal aliran dana itu memang belum terjawab. Demikian pula ihwal kemungkinan dana itu disalurkan buat proyek Ramli yang lain. Ramli sendiri membantah bahwa dirinya telah menerima duit Rp 467 miliar dari 6.800 investor. Seingat dia, selama ini tercatat hanya ada sekitar 3.000 orang investor dengan total dana yang terkumpul sekitar Rp 240 miliar ditambah Rp 120 miliar perhitungan profit untuk para investor. Kata Ramli, angka 6.800 investor itu adalah kesalahan administrasi. Soalnya, "Banyak orang yang sama menanam modal untuk sejumlah proyek agrobisnis di sana," katanya kepada polisi. Berapa pun jumlah pastinya, Ramli mesti segera mengembalikan dana mereka. Bukan karena di situ ada duit PPP yang dipimpin oleh Hamzah Haz, tapi justru karena banyak investor kelas puluhan juta yang terkena. Nezar Patria, Upiek S., Deffan Purnama (Sukabumi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus