Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Supervisor Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta, Mas'ud Rofiqi, mengatakan insiden hanyutnya siswa di Sungai Sempor, Turi, Sleman bermula ketika para siswa kelas 7 dan 8 SMP Negeri 1 Turi menggelar susur sungai pukul 15.30 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saat susur sungai itu tiba-tiba datang aliran besar dari hulu," ujar Mas'ud Rofiqi, Jumat, 21 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meluapnya sungai yang berhulu di sungai Bedog Merapi itu diperkirakan akibat hujan yang melanda wilayah Kabupaten Sleman tanpa henti, pada hari Jumát, 21 Februari 2020 sejak pukul 13.00–18.35 WIB.
Hujan itu menyelimuti wilayah Sleman seperti Kecamatan Sleman, Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Dan meluas ke wilayah Sleman lainnya seperti Kecamatan Mlati, Ngemplak, Ngaglik, Kalasan, Depok, Godean, Gamping.
"Dalam situasi hujan intens ini, sungai sungai berhulu Merapi sangat rawan meluap," ujar Mas'ud.
Dari 250 siswa kelas 7 dan 8 SMPN yang ikut kegiatan ini, enam orang sementara dilaporkan tewas, sebagian masih hilang, dan ratusan lain selamat.
Adapun versi Kepala Posko Taruna Siaga Bencana (Tagana) DIY Winarto dalam keterangannya menyatakan total ada 257 siswa SMP N 1 Turi yang terlibat kegiatan itu.
"Sebanyak 257 siswa kelas 7 dan 8 siswa itu melakukan kegiatan Pramuka dengan cara susur sungai padahal sungai sedang banjir," ujarnya.
Dari pihak Tagana merinci jika berdasar update Jumat, 21 Februari 2020, pukul 18.15 WIB total korban selamat ada 148 Siswa dan 8 siswa meninggal. Sementara itu, 105 siswa masih dalam pencarian.
Sementara, Pusdalops Badan Penanggulangan BPBD DIY menyebut tim SAR gabungan masih melakukan penyisiran dan pencarian terhadap korban hilang dalam situasi yang masih diselimuti hujan sejak sore itu. "Jumlah korban hilang masih belum bisa dipastikan," ujarnya.