Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Jeritan dalam diam

Psikolog martha f. errickson mengkoordinir penelitian tentang kekejian orang tua terhadap anak. perlakuan kejam bisa mengakibatkan anak jadi pembunuh. dianjurkan hubungan dengan anggota masyarakat ditingkatkan.

15 April 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANAK-anak yang dianiaya bisa ditemukan di mana saja di dunia, dan Arie Hanggara adalah salah seorang di antaranya. Bocah tampan dan bermata sendu ini berhari-hari dihajar ayahnya, sampai tewas. Sang ayah agaknya lagi mata gelap, tapi satu hal pasti, ia dengan sadar menegakkan disiplin, seperti yang dulu diajarkan oleh bapaknya sendiri. Arie, yang baru berusia 7 tahun itu, akhirnya bagaikan tumbal yang diserahkan ke atas altar. Demi disiplin dan tata tertib. Tragedi yang mengguncangkan di akhir tahun 1984 itu telah mengundang banyak pendapat. "Hanya 5% orangtua yang dengan sadar menggunakan sikap keras untuk mendidik anak," kata ahli psikologi anak Prof. Singgih Gunarsa. "Selebihnya hanya karena tidak bisa mengendalikan emosi." Ahli psikologi perkembangan, Fawia Aswin Hadis, meninjau lebih dalam. Katanya, emosi yang mendasari kekejaman orangtua pada anak berakar pada perlakuan kasar di masa kecil. "Seperti ayah Arie, si orangtua juga mendapat perlakuan serupa dari orangtuanya," kata psikolog ini menyambung pernyataan Gunarsa. Tak ubahnya warisan. Maka, malapetaka yang menimpa Arie sesungguhnya sudah mengintip ketika kakeknya menghajar sang ayah, jauh di masa lalu. Di Amerika Serikat, setengah juta kasus kekejaman terhadap anak terjadi setiap tahun. Statistik menunjukkan, semakin muda usia anak-anak yang malang itu, semakin keji perlakuan yang mereka dapat. Setengah juta kasus bukan sedikit, dan inilah yang merupakan dasar bagi penulisan buku Child Maltreatment, yang baru saja diterbitkan Cambridge University. Buku yang disusun sejumlah psikolog di bawah koordinasi Psikolog Dr. Martha F. Errickson ini memuat hampir semua hasil penelitian tentang kekerasan orangtua pada anak-anaknya. Termasuk orangtua yang mengalami kekejaman semasa kecil. Dalam penelitiannya, Martha menemukan bahwa 50% ibu yang bengis dan menyia-nyiakan anak mereka pernah diperlakukan kasar ketika masih kanak-kanak. Sementara itu, hasil penelitian Joan Kaufman dan Edward Zigler menunjukkan, 30% ayah yang menindas anak mereka punya latar belakang kekejaman dalam keluarga, yang berlangsung sampai beberapa generasi. Gawatnya lagi, menyiksa anak sendiri ternyata bukanlah satu-satunya akibat. Dampak yang paing menakutkan, si anak yang diperlakukan keji ketika dewasa justru menjelma jadi pembunuh. Penelitian Psikiater Judith Herman, di tahun 1985, terhadap 15 pembunuh berdarah dingin menujukkan bahwa mereka adalah anak-anak yang dianiaya semasa kecil. Tiga belas orang di antaranya bahkan sampai mengalami kelainan jiwa yang parah dan kerusakan neurologis. Sementara itu, data polisi menunjukkan, hampir semua pelaku kriminal, pelacur, pemabuk, dan pemerkosa yang pernah ditahan mengaku pernah mendapat perlakuan kasar dari orangtuanya. Namun, sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Richard Krugman dari University of Colorado menunjukkan dampak kekejaman pada anak-anak tidak selalu harus kronis. Sejumlah orangtua yang diperlakukan kejam di masa kanak-kanaknya terbukti tidak mengalami kelainan jiwa, bahkan tidak pernah menyiksa anak-anak mereka. Krugman menetapkan beberapa paramater untuk mengukur dampak buruk itu. Patokan utamanya adalah pada usia berapa perlakuan kejam itu dimulai. "Semakin dini, seakin buruk dampaknya." Hubungan keluarga yang dingin, perkembangan emosi anak yang diabaikan, disebutkan Krugman sebagai faktor penunjang. Di samping itu, buruknya pemeliharaan fisik ikut menimbulkan dampak buruk. Para psikolog sependapat bahwa parameter Krugman bisa digunakan untuk menentukan seberapa jauh jiwa seorang anak rusak karena perlakuan kejam. Dari diagnosa ini bisa ditetapkan jenis terapi yang harus diberikan. Menganjurkan seorang anak membangun hubungan emosional yang hangat dengan saudara, kawan, guru, dan anggota masyarakat lainnya ternyata bisa mengurangi dampak kekejaman orangtua. Dalam sebuah penelitian, Psikolog Mike Lew membuktikan kebenaran teori Krugman. Dampak perlakuan kejam orangtua ternyata bisa dihindari apabila sang anak punya kemampuan membina hubungan emosional yang hangat, di luar keluarganya yang berantakan. "Tapi luka tersembunyi itu tidak mudah digali," kata Krugman. "Sebagian besar korban tak mau mengungkapkan kisah mereka, karena menganggap perlakuan itu tidak salah." Beberapa korban yang disundut api atau disekap di gudang berhari-hari justru menyatakan perlakuan itu tidak kejam. Mereka merasa hukuman itu patut mereka terima, sebagai akibat kesalahan yang mereka lakukan. "Ini faktor kunci timbulnya dampak buruk kekejaman orangtua," tulis Krugman. Pembenaran atas kekejian yang sebenarnya tidak bisa dibenarkan dari sisi mana pun. Dalam terapi, Krugman senantiasa berusaha membangun keyakinan para korban, bahwa mereka tidak bersalah dan kekejaman yang mereka terima sebenarnya tidak wajar. Ikhtiar ini dilaporkan Krugman sebagai usaha yang sangat sulit. Korban-korban yang mengalami dampak paling parah malah mempunyai hubungan sangat dekat, bahkan bergantung pada orangtua mereka. Dalam keadaan yang tak berdaya ini, mereka membiarkan diri disiksa, tanpa protes sedikit pun. Bahkan ketika penderitaan itu menaburkan kemurungan di masa dewasa. Duka cerita Linda Halliday merupakan contoh penderitaan yang tanpa pemberontakan. Pelacur yang juga pecandu alkohol ini berulang kali mencoba bunuh diri. Dalam otobiografinya, The Silent Scream (Jeritan dalam Diam), ia berkisah tentang siksaan yang sungguh menyayat perasaan, yang dideritanya sepanjang masa kecilnya. Ia didera, diikat ke tiang rumah, disekap di kamar mandi, dan diperkosa ayahnya pada usia 16 tahun. Dan ia tidak protes.Jis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum