Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Oto kritik di ui, tinju di usu

Ketua dm-ui yang baru, lukman hakim, mengkritik adanya guru besar ui yang masuk kabinet. sementara di medan, rektor usu terpaksa mengangkat dm-usu yang baru setelah ada disposisi menteri p dan k.

14 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UI memang belum gawat. Tapi Lukman Hakim, Ketua DMUI yang baru dilantik 30 April kemarin. dalam pidato pengangkatannya telah mengucapkan semacam otokritik yang tajam. Masuknya guru-guru besar UI kedalam kabinet sebagai kelompok teknokrat telah memberi wajah baru pada susunan kabinet, sekaligus memberikan wajah lain pada UI. Dalam kedudukan semacam itu universitas diuntungkan dengan relasinya yang khusus dengan eksekutif, tapi bersamaan dengan itu ia kehilangan miliknya yang berharga: kesanggupannya untuk melihtat secara obyektif. "Universitas kehilangan jarak pandang yang aman untuk melihat persoalan secara jernih", ucap Lukman Hakim, "dan keadaan ini harus mulai disadari, agar kecenderungan yang dapat menempatkan fungsi universitas dalam keadaan seperti sekarang ini bisa dicegah". Lukman Hakim (mahasiswa FIPIA tingkat terakhir) yang didampingi Indra K. Budendi (mahasiswa FlS) sebagai Wakil Ketua, dan Yo A.A. Rumeser (mahasiswa Psychologi) sebagai Sekertaris Jenderal, akan memulai kerjanya dengan usaha penertiban ke dalam. Misalnya penertiban administrasi dan keuangan, sebagai suatu tindakan untuk mencerminkan organisasi yang bersih. Tindakan itu, menurut Lukman, merupakan usaha untuk memelihara kekuatan lembaga kemahasiswaan sebagai suatu kekuatan moral. Sementara DM-UI yang baru sedang melangkah maju, di Medan DM Universitas Sumatera Utara (USU) yang baru menjelang pelantikannya sempat ricuh. Formatir terpilih yang telah menetapkan drs. med. Irwan Bahrum (mahasiswa hedokteran) sebagai Ketua Umum dan Fauzie Yusuf Hasibuan (mahasiswa fakultas hukum) sebagai Sekertaris Umum DM yang baru. 29 Maret yang lalu, tidak segera dilantik rektor, Harry Suwondo SH. Sehingga ketika berkunjung ke Medan. April kemarin, Menteri P&K Sjarif Thajeb. terpaksa turut campur. Surat Sjarif Thajeb Dalam surat keputusan team formatir yang melampirkan susunan lengkap formasi DM-USI yang baru, Sjarif Thajeb sempat memberi disposisi yang cukup pedas kepada rektor "Saudara Rektor USU". katanya tertulis. "supaya segera dilantik Dewan Mahasiswa ini menurut keputusan rapat formatir. Jangan dirobah-robah lagi". Tertanda: Sjarif Thajeb. Menteri P&K, tanggal 12 April 1977. Rektor yang sebelumnya pernah minta agar formasi DM yang baru itu dirobah, setelah menerima disposisi Menteri P&K itu akhirnya terpaksa melantiknya. Namun mendadak dua hal setelah itu, Fauzie Yusuf, Sekertaris Umum - DM yang baru itu mengalami nasib naas. Rejeki Sembiring, seorang anggota Resimen Mahasiswa dari Yon "A", bersama beberapa temannya meninju muka dan bagian rusuk Fauzie. Padahal waktu itu, Fauzie yang masih menjadi Ketua III Senat Mahasiswa Fakultas Hukum, sedang menanti kedatangan dewan, dan senat mahasiswa sekopertis Wilayah I. Bahkan ketika Rejeki mendatanginya, mahasiswa berumur 23 tahun itu sempat menegor dulu dan menawarkan rokok. Tapi yang diterimaya bukan hanya makian juga kepalan tinju yang sempat memecahkan bibir bawah sebelah dalam. "Saya dengan Rejeki, kawan baik. Saya tidak tahu kenapa dia memukul saya", kata Fauzie kepada koresponden TEMPO Zakaria M. Passe. Sumber di Rektorat USU menyebutkan bahwa Fauzie memang kurang disukai rektor sebagai Sekertaris Umum DM. "Sebenarnya pak rektor menunjuk saya", ucap Abdi MS.BSc. yang dalam kepengurusan DM menjabat Bendahara Umum. Setelah kejadian pemukulan itu, rektor belum melakukan tindakan apa-apa. Komandan Resimen Mahasiswa Yon "A". Teddy Supriadi di hanan Waspada Medan, mengatakan bahwa peristiwa pemukulan itu merupakan soal pribadi dan tak ada hubungannya dengan resinen mahasiswa. Namun, suasana kampus USU mulai gelisah. Rejeki Sembiring, yang sebelum memukul Fauzie pernah memukul mahasiswa yang lainnya jadi bahan pembicaraan dalam kampus. "Awas, sekarang kita sudah tak aman. Ada koboi kampus", begitu lelucon di kalangan mahasiswa. Dan rektor masih tetap diam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus