UI memang belum gawat. Tapi Lukman Hakim, Ketua DMUI yang baru
dilantik 30 April kemarin. dalam pidato pengangkatannya telah
mengucapkan semacam otokritik yang tajam.
Masuknya guru-guru besar UI kedalam kabinet sebagai kelompok
teknokrat telah memberi wajah baru pada susunan kabinet,
sekaligus memberikan wajah lain pada UI. Dalam kedudukan semacam
itu universitas diuntungkan dengan relasinya yang khusus dengan
eksekutif, tapi bersamaan dengan itu ia kehilangan miliknya yang
berharga: kesanggupannya untuk melihtat secara obyektif.
"Universitas kehilangan jarak pandang yang aman untuk melihat
persoalan secara jernih", ucap Lukman Hakim, "dan keadaan ini
harus mulai disadari, agar kecenderungan yang dapat menempatkan
fungsi universitas dalam keadaan seperti sekarang ini bisa
dicegah".
Lukman Hakim (mahasiswa FIPIA tingkat terakhir) yang didampingi
Indra K. Budendi (mahasiswa FlS) sebagai Wakil Ketua, dan Yo
A.A. Rumeser (mahasiswa Psychologi) sebagai Sekertaris Jenderal,
akan memulai kerjanya dengan usaha penertiban ke dalam. Misalnya
penertiban administrasi dan keuangan, sebagai suatu tindakan
untuk mencerminkan organisasi yang bersih. Tindakan itu, menurut
Lukman, merupakan usaha untuk memelihara kekuatan lembaga
kemahasiswaan sebagai suatu kekuatan moral.
Sementara DM-UI yang baru sedang melangkah maju, di Medan DM
Universitas Sumatera Utara (USU) yang baru menjelang
pelantikannya sempat ricuh. Formatir terpilih yang telah
menetapkan drs. med. Irwan Bahrum (mahasiswa hedokteran) sebagai
Ketua Umum dan Fauzie Yusuf Hasibuan (mahasiswa fakultas hukum)
sebagai Sekertaris Umum DM yang baru. 29 Maret yang lalu, tidak
segera dilantik rektor, Harry Suwondo SH. Sehingga ketika
berkunjung ke Medan. April kemarin, Menteri P&K Sjarif Thajeb.
terpaksa turut campur.
Surat Sjarif Thajeb
Dalam surat keputusan team formatir yang melampirkan susunan
lengkap formasi DM-USI yang baru, Sjarif Thajeb sempat memberi
disposisi yang cukup pedas kepada rektor "Saudara Rektor USU".
katanya tertulis. "supaya segera dilantik Dewan Mahasiswa ini
menurut keputusan rapat formatir. Jangan dirobah-robah lagi".
Tertanda: Sjarif Thajeb. Menteri P&K, tanggal 12 April 1977.
Rektor yang sebelumnya pernah minta agar formasi DM yang baru
itu dirobah, setelah menerima disposisi Menteri P&K itu
akhirnya terpaksa melantiknya. Namun mendadak dua hal setelah
itu, Fauzie Yusuf, Sekertaris Umum - DM yang baru itu mengalami
nasib naas. Rejeki Sembiring, seorang anggota Resimen Mahasiswa
dari Yon "A", bersama beberapa temannya meninju muka dan bagian
rusuk Fauzie.
Padahal waktu itu, Fauzie yang masih menjadi Ketua III Senat
Mahasiswa Fakultas Hukum, sedang menanti kedatangan dewan, dan
senat mahasiswa sekopertis Wilayah I. Bahkan ketika Rejeki
mendatanginya, mahasiswa berumur 23 tahun itu sempat menegor
dulu dan menawarkan rokok. Tapi yang diterimaya bukan hanya
makian juga kepalan tinju yang sempat memecahkan bibir bawah
sebelah dalam. "Saya dengan Rejeki, kawan baik. Saya tidak tahu
kenapa dia memukul saya", kata Fauzie kepada koresponden TEMPO
Zakaria M. Passe.
Sumber di Rektorat USU menyebutkan bahwa Fauzie memang kurang
disukai rektor sebagai Sekertaris Umum DM. "Sebenarnya pak
rektor menunjuk saya", ucap Abdi MS.BSc. yang dalam kepengurusan
DM menjabat Bendahara Umum.
Setelah kejadian pemukulan itu, rektor belum melakukan tindakan
apa-apa. Komandan Resimen Mahasiswa Yon "A". Teddy Supriadi di
hanan Waspada Medan, mengatakan bahwa peristiwa pemukulan itu
merupakan soal pribadi dan tak ada hubungannya dengan resinen
mahasiswa.
Namun, suasana kampus USU mulai gelisah. Rejeki Sembiring, yang
sebelum memukul Fauzie pernah memukul mahasiswa yang lainnya
jadi bahan pembicaraan dalam kampus. "Awas, sekarang kita sudah
tak aman. Ada koboi kampus", begitu lelucon di kalangan
mahasiswa. Dan rektor masih tetap diam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini