SEBUAH lampu teplok padam. Entah dari mana datangnya, seorang lelaki tak dikenal muncul di gubuk Tabianus Marbun. Tuan rumah (atau gubuk) Tabianus tersentak ketika tinju laki-laki itu menghunjam di dadanya. "Aduh..., ada apa ini," teriaknya. Tapi belum sempat Tabianus mengetahui siapa yang menyerangnya, ia tak berkutik akibat tiga kali tusukan pisau. Ia hanya mampu menjerit panjang menahan sakit. Teriakannya itu membangunkan istrinya, Yusmaida boru Hutagaol, 23 tahun. Spontan Yusmaida berteriak meminta tolong tetangganya. "Namboru..., Namboru..., tolong. Marbun mati," jeritnya. Tapi teriakan Yusmaida pada dinihari 22 Februari lalu itu tak terdengar oleh tetangganya. "Awas! Kalau berteriak, kalian akan kubunuh," ancam lelaki yang ternyata hanya bercelana dalam itu. Yusmaida pun terdiam sambil mendekap tiga orang anaknya -- Tioma (6 tahun), Erniwati (4 tahun), dan Parsaoran (2 tahun). Lelaki tak dikenal itu makin leluasa. Ia menginjak-injak tubuh Tabianus. Setelah itu, tubuh korban didudukkannya menghadap ruangan. Di hadapan Tabianus yang terluka parah dan anak-anak korban -- biadabnya -- bandit itu kemudian memperkosa Yusmaida. Di keremangan malam dan selagi diperkosa itulah Yusmaida bisa mengenal wajah pelaku. Lelaki itu tak lain dari tetangganya sendiri, Arifin Hutasoit. "Bah, kau Hutasoit. Kenapa harus kau lakukan kepadaku," kata Yusmaida meratap. Tapi Arifin, yang selama ini memang suka menggodanya, tak peduli. "Tenang sajalah kau," jawab Arifin sambil menyebarkan aroma minuman keras dari mulutnya. Selesai melampiaskan nafsunya, Arifin langsung kabur. Warga Dusun Pardomuan Nauli, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, pun geger begitu Yusmaida berteriak-teriak minta tolong. Semula mereka mengira bahwa Tabianus, yang hampir setahun ini menderita lever, meninggal karena penyakitnya. Ternyata, Tabianus, 32 tahun, belum mati. "Yang melakukan ini Arifin Hutasoit. Jangan lupa kalian," tutur Tabianus kepada warga di situ. Buru-buru Tabianus dilarikan ke rumah sakit milik PTP IX. Rumah sakit perkebunan itu ternyata tak sanggup menolong, sehingga korban terpaksa dibawa ke Rumah Sakit Pirngadi, Medan. Tapi di perjalanan ia meninggal. Tiga jam kemudian polisi menangkap tersangka Arifin dan iparnya, Kukiman Nainggolan. Rukiman ikut ditangkap, kabarnya, karena ia berada di luar rumah Yusmaida saat perkosaan terjadi. Menurut Yusmaida, sebenarnya Arifin sudah sering mengajaknya berbuat mesum. "Suamimu itu sakit, tinggalkan saja" begitu Arifin membujuk, seperti diceritakan Yusmaida. Tapi Yusmaida selalu menolaknya. Arifin, 30 tahun yang kini ditahan, membantah tuduhan itu. Ia memang mengaku suka menggoda Yusmaida. "Tapi itu hanya main-main," kata ayah lima anak yang sejak satu setengah bulan lalu ditinggal minggat istrinya itu. Seperti juga Arifin, Rukiman membantah terlibat perkosaan itu. "Malam itu saya tidur pulas," kata Rukiman, 33 tahun. Ia mengaku baru tahu ada kejadian itu setelah ditangkap. Sampai kini polisi memang masih menyidik kasus itu. "Tunggulah hasil penyidikan. Setelah itu baru bisa dipastikan apakah benar mereka pelakunya," kata Kepala Dinas Penerangan Polda Sumatera Utara, Letkol. Yusuf Umar. Hanya saja, kini banyak warga Pardomuan yang bersyukur dengan ditangkapnya Arifin. Bahkan secara diam-diam ada warga yang memotong kambing. Arifin, yang pernah dihukum tiga bulan karena mencuri, di kampung itu selama ini memang dikenal suka mencuri dan mabuk-mabukan. Bahkan ibu kandung Arifin, R. boru Silalahi, merelakan anaknya dihukum. "Biar dia dihukum akibat perbuatannya itu," kata ibunya. Yusmaida, yang kini menjanda, menyimpan dendam pada Arifin. Setelah peristiwa itu, Yusmaida sering menangis sendirian. "Perkosaan di depan mata itu membuat jiwa suami saya terpukul hingga membuatnya mati," tutur Yusmaida. Karena itu, menjelang suaminya meninggal, ia bersumpah akan menuntut balas. "Kalau nanti Hutasoit keluar dari penjara, pasti akan saya bunuh, dengan cara apa pun."WY dan Sarluhut Napitupulu (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini